"Ajarin Dia Ngaji!"

110 20 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

Typo bertebaran!

Mengandung kegajean yang membuat kalian bosan.

Oh ya, aku juga mau bilang. Di part2 sblmnya ada yg udah aku revisi. Kalo ada yg keulang2 hapus lalu add lagi ke library ya.

Selamat membaca😊

※※※

"Eh, Cha. Dicariin juga, udah dikasih tau sama Bang Farikh kan?" Ucap Danish. Faricha hanya mengangguk.

"Ayo!"

"Ehm... aku jalan kaki saja deh," ucap Faricha membuat Danish yang sudah berjalan mendahuluinya pun menghentikan langkahnya, lalu berbalik.

"Tidak baik berduaan dalam satu tempat ya, kan? Nanti yang ketiga setan," ucap Faricha hati-hati.

Dari kejauhan, tampak Dhani yang memasang wajah kesal. Ia pun melimpahkan tas dan barang-barangnya kepada teman-temannya, lalu melangkah menuju kearah Danish dan Faricha.

"Nish, gue ikut lo ya?" Ucap Dhani tiba-tiba, membuat Danish tersentak kaget.

"Lo kan harusnya pulang pake mobilnya Pak Rudy. Emang mobilnya kenapa?" Tanya Danish. Sementara Faricha masih mendengarkan obrolan kedua laki-laki itu.

"Mobil bokap gue penuh, soalnya ada barang-barang temen-temen gue, banyak." Danish mendengus, lalu melirik kearah Faricha yang menunduk sambil membawa ranselnya. Pasti sangat berat.

"Ya udah, ayo!" Ucap Danish. Dari pada berduaan, nanti dia malah jalan kaki, pikirnya.

Dhani tersenyum senang. Ia pun duduk di samping Danish, sementara Faricha di belakang.

"Far, tasnya masukin ke bagasi aja, biar si Kutu kupret ini yang masukin," ucap Dhani seenak jidat sembari menyentik rambut Danish.

Danish hanya menurut. Setelah itu, mobil melaju dengan kecepatan sedang. Padahal kalau ingin menuju rumah Faricha, berjalan sepuluh menit pun sampai. Tapi, yang namanya Farikhin itu mana mau kalau adiknya jalan kaki disaat tubuhnya sedang pegal dan sakit karena saat kemal, tidar dengan alas terpal.

Danish menyalakan lagu buka mata buka telinga dari Sheila on 7, membuat suasana tak canggung.

"Eh, Cha. Tadi penampilan kita gimana?" Tanya Danish.

Faricha menghela nafas pelan. Padahal tadi malam ia sudah mengatakan 'nice', namun Danish malah bertanya lagi. Faricha tak ingin dianggap terlalu terpukau oleh penampilan mereka, apalagi kedua laki-laki itu memiliki tingkat kepercayaan tinggi yang diatas standart. Katakan saja bahwa Faricha itu gengsian, tidak suka memuji orang lain.

"Gimana?" Ulang Dhani.

"Bagus," jawab Faricha seadanya.

Lihatlah, Dhani dan Danish saat ini malah menyugar rambut mereka ke belakang dengan tampang sok ganteng. Memang ganteng sih.

Tak lama kemudian, mereka sampai di depan rumah Faricha. Gadis itu keluar, lalu mengambil tasnya di bagasi. Setelah mengucapkan terimakasih dan salam, ia memasuki pagar rumahnya.

"Nggak disuruh mampir nih?" Tanya Dhani. Dengan cepat, Danish mencubit paha teman sebayanya yang sedang aneh ini.

"Duluan ya, Cha." Faricha mengangguk, lalu memasuki rumah bersamaan dengan kepergian mobil Danish.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang