Lolos

140 21 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

°°°

Faricha melihat ekspresi laki-laki itu yang sudah memandang tak suka terhadapnya. Ia hanya melihatnya santai, bukan berarti ia tak merasa bersalah, namun ia tak mau terlihat tegang, karena jika ekspresinya tegang, Indana sudah pasti akan menertawakannya, dan berkata, "Sama Dhani aja tegang, dibikin selow aja, Neng!"

Keringat keduanya sudah menetes, padahal belum melakukan olahraga apapun. Hal itu karena panasnya lapangan basket yang tanpa atap, apalagi jam-jam segini sedang panas-panasnya, hingga terasa membakar tubuh mereka.

"Karena lo udah dorong gue sampe tangan gue luka," ucap Dhani sembari memperlihatkan tangannya yang terlihat bekas luka yang sudah mengering. "Terus tadi lo bikin ulah lagi sama gue," ucapan Dhani tertunda.

"Kan kamu yang tiba-tiba di depanku, padahal kan, tadi kamu bukan pasangan mainku," protes Faricha. Dhani berkacak pinggang. "Yang penting lo yang salah." Sementara Faricha hanya menghembuskan nafas kasar, berharap waktu cepat berlalu, agar ia lekas bisa pulang dan menikmati makanan terlezat di dunia, makanan masakan bundanya, dan ngobrol panjang lebar dengan bundanya.

"Lo kudu wajib latihan hari ini." Faricha menghembuskan nafas kasar. "Makasih banyak waktunya, Dhani yang terhormat. Gini ya, kamu itu kok mau-maunya bela-belain ngajarin aku main, padahal akunya juga tidak terlalu niat nih. Padahal saat ini, kamu bisa nongkrong-nongkrong sama Olan, ngopi-ngopi sama Pak Kepsek, rebahan di kasur yang luas nan empuk, hahhh, nikmat mana lagi yang kau dustakan. Tapi kenapa kamu milih bantuin aku belajar basket segala?" Tanya Faricha heran.

Dhani terdiam sekejap, mencari dan merangkai kalimat agar bisa menjawab keheranan gadis di hadapannya ini. Ia memutar otaknya, namun sulit, sementara Faricha sudah menaikkan satu alisnya, pertanda ia sudah sangat penasaran.

"Ehm... ya, karena gue kan udah janji buat ngajarin lo sampe bisa, dan gue selalu berkomitmen dengan janji-janji gue, gue nggak mau dibilang munafik karena ingkar janji," ucap Dhani seadanya, karena hanya kalimat itu yang muncul dalam otaknya.

"Bahasamu gaya-gayaan, Dhan. Pake komitmen-komitmen segala. Dobol!" Ucap Indana dari tribun lapangan terdekat dari mereka berdua berpijak. Sementara Faricha mencerna ucapan Dhani. Menarik juga. Namun terdengar aneh pada kata 'komitmen dengan janji-janji', terkesan orang alay yang berbicara dengan pacarnya dan berjanji tidak akan OD(omong doang).

"Oke, bisa dimulai?" Tanya Dhani. Faricha pun mengangguk.

Laki-laki itu mempraktikkan beberapa teknik dan menyuruh Farichs melakukannya juga. Lalu mendrible bola, dan menyuruh Faricha merebut bola, setelah itu bergantian, Faricha yang membawa bola dan Dhani yang merebutnya.

"Lo latihan sendiri dulu deh, gue mau ngaso di pinggir lapangan," ucap Dhani, di wajah laki-laki itu sudah dipenuhi keringat yang mengucur, seperti orang yang baru mencuci muka.

Kebetulan tas laki-laki itu berada di dekat Indana. Indana melirik Dhani yang sedang minum, dan hal itu tentu saja membuat tenggorokannya tiba-tiba mengering, ia haus. Indana sampai meneguk ludahnya sendiri.

"Dhan, minta dong!" Ucap Indana sembari mengadahkan tangannya kearah Dhani. Dhani menatap botol airnya yang masih terisi seperempat.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang