Kemah

107 17 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

Happy reading😊

※※※

Bahagia ingat Allah, sedih ingat Allah, galau ingat Allah, dikit-dikit Allah, Allah terus.

°°°

Pukul 05.00 Faricha sudah kelabakan sendiri karena lupa meletakkan kolongan hasduknya. Ia mencari di meja riasnya, namun tidak ada, padahal disanalah biasanya ia meletakkan benda seperti jarum, kolongan dan sebagainya.

"Dek, mau bawa bekal apa?" Tanya Firda yang berdiri di ambang pintu sembari melihat putrinya yang sedang mengubek-ubek laci.

"Yang ada saja, Nda," jawab Faricha yang memalingkan wajahnya sekilas.

"Nyari apa?"

"Kolongan aku tidak ada, Nda." Faricha masih membuka laci meja rias yang biasa digunakan untuk wadah ikat rambut, penjepit rambut dan roll, ia menemukan benda berwarna emas yang bergambar tunas kelapa berwarna kuning.

"Ketemu!" Serunya.

Firda geleng-geleng semdiri melihat kelakuan putrinya yang suka pelupa dan ceroboh.

"Makanya, lain kali dijepitkan saja di hasdukmu, Dek. Biar nggak keteran nyarinya," ujar Firda. Faricha membalasnya dengan anggukan, lalu memakai hasduknya di luar kerudung.

Ia meraih tas dan topi pramuka--yang seperti topi koboi--dan membawanys keluar kamar. Tasnya terasa penuh, padahal yang Faricha ingat, ia tidak memasukkan banyak ke dalam tas, hanya barang-barang yang ia butuhkan.

Ia membuka resleting tasnya ketika ia sampai di sofa ruang tengah, dan mengubek lagi isinya. Ternyata ada empat buah Pop Mie serta satu termos berisikan air panas.

"Bunda!" Panggil Faricha. Firda pun datang dengan membawa tempat makan.

"Apa sih, Dek? Tidak usah teriak-teriak kenapa," ucap Farikhin di ujung tangga, melihat adiknya yang sudah siap dengan seragam pramuka lengkapnya.

"Apa sih, Bang," ucap Faricha melihat kearah Farikhin.

"Ini pasti Bunda kan, yang masukin?" Tanya Faricha yang dibalas anggukan oleh Firda.

"Buat apa, Bunda?" Ingin rasanya Firda menepuk dahinya sendiri ketika ternyata putrinya sungguh tidak peka.

"Ya buat kamu makan lah, Dek." Saat ini, malah Faricha yang menepuk dahinya.

"Ini tuh kebanyakan, Nda. Lagian aku sudah bawa tiga roti kasur, jadi tidak perlu bawa ini. Disana aku itu tidak cuma makan," ucap Faricha kesal. Namun setelah itu ia mengucapkan istigfar karena ia tadi secara tidak sadar sedikit membentak Firda.

"Maaf, Bunda."

Firda mengangguk mengerti. "Iya, Bunda ngerti kok. Kamu disana juga butuh yang hangat-hangat, jadi Bunda bawakan ini," ucap Firda.

"Kayak gitu tidak hangat, Nda," ucap Faricha.

"Terus?"

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang