Sick(2)

148 20 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

Happy reading😋

°°°

"Baaaanngggg!" Faricha berteriak kencang. Ia hampir saja menangis karena hal ini.

Farikhin dan Firda pun langsung berlari terbirit-birit menuju kearah anak perempuan yang sangat tak biasanya berteriak tersebut.

"Astagfirullah, Dek!" Ucap Firda dan Farikhin.

Dengan cepat, kakak laki-laki Faricha tersebut menggendong adiknya ke sofa ruang tengah.

"Kok bisa begini sih, Dek?" Tanya Firda khawatir. Faricha hanya diam. Firda pun melangkah mengambil es batu, beserta beberapa perlengkapan lainnya.

Firda langsung mengobatinya, dan sesekali mendengar ringisan Faricha, hingga gadis itu menggerakkan kakinya karena spontan. Kakinya terasa sakit ketika kulitnya bersentuhan dengan benda dingin itu.

"Kenapa bisa jatuh sih, Dek?" Tanya Firda lagi. Faricha pun mendongakkan kepalanya melihat kearah bundanya.

"Kaki Adek tergelincir di tangga, Nda." Farikhin melepas kaos kaki kirinya yang belum di buka.

"Kalau di rumah, tidak pakai kaos kaki tidak apa-apa, Dek. Toh yang lihat cuma Bunda, Abang, sama Ayah. Pakainya pas keluar sama saat ada tamu saja," ucap Firda, lalu menyentuhkan kembali es batu tersebut.

Ya, memang beberapa menit yang lalu, Faricha akan turun dari tangga, namun kaos kakinya yang licin dan ia yang kurang hati-hati membuatnya tergelincir di tangga.

"Takutnya, tiba-tiba ada tamu, akunya lupa pakai kaos kaki, Nda," jawab Faricha, lalu kembali meringis. Setelah itu, Firda melilitkan perban agar lebih cepat sembuh, dan pergi meletakkan beberapa barang ke tempat semula.

"Mau ditemanin tidak?" Tawar Farikhin. Faricha mengangguk, lalu menyalakan televisi, dan menonton kartun tiga beruang yang Faricha lupa namanya satu persatu, yang ia ingat hanya yang bergaris hitam, namanya Panda, dan yang putih namanya Ice.


Faricha tiba-tiba teringat tugasnya yang belum ia kerjakan, namun, bagaimana caranya mengambil tugasnya di kamar? Sedangkan kamarnya berada di lantai dua.

Ia menengok ke samping, terlihat kakaknya yang malah asyik mengoperasikan ponsel pintarnya.

Farikhin menoleh kearahnya. "Kenapa?" Tanya Farikhin. Faricha meringis. "Bang, boleh minta tolong tidak?" Izin Faricha. Farikhin pun menganggukkan kepalanya. "Boleh dong," ucap Farikhin, membuat Faricha tersenyum senang.

"Ambilkan buku tulis bahasa Inggis punyaku dong, Bang. Yang covernya warna orange," pinta Faricha. Farikhin pun beranjak dari sofa, meletakkan ponselnya, lalu melangkah menuju tangga.

"Bang!" Panggilnya, Farikhin pun menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah adik perempuannya. "Sekalian buku paketnya ya? Yang covernya warna biru dongker." Farikhin menganggukkan kepalanya, lalu melanjutkan langkah kakinya di tangga.

"Bang!" Panggil gadis itu lagi. Farikhin pun berhenti dan mengendikkan dagunya. "Sekalian ponselku ya? Soalnya buat translet, yaya?" Farikhin menghela nafas pelan, lalu mengangguk. "Iya."

"Bang!" Panggil Faricha lagi, ketika kakak laki-lakinya itu baru melangkah dua kali. Farikhin berhenti dan menatap adiknya dengan tatapan malas. "Makasih banyak ya?" Ucap Faricha, lalu meringis tak berdosa.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang