Gosip

41 10 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.

Selamat membaca🤗

°°°

Sekembalinya Faricha dari ruang BK, ia langsung bergegas mengambil kaos olahraganya dari tas. Ia belum menutup resleting tasnya, namun Danish dan Zulfikar tiba ke kelas. Danish sudah membuka kancing kemeja seragamnya, lalu tersadar jika di ruangan ini masih ada perempuan.

"Cha, pergi sono, kita mau ganti," usirnya.

Faricha tidak menoleh ke arah kedua laki-laki itu, ia malah mendumel, "Padahal 'kan, sudah disediakan ruang ganti masing-masing. Mereka malah ganti di kelas."

"Biar cepet, cowok lama kalo ganti baju," sahut Danish yang mendengar ucapan Faricha tadi.

"Weh, bukannya kebalik?" tanya Zulfikar polos.

"Udah ah."

Faricha bergegas keluar kelas, ia juga tidak minat mengintip mereka berganti seragam, ia tidak ingin menodai mata polosnya untuk sekedar melihat apakah mereka memiliki roti sobek atau tidak. Ia sama sekali tidak minat!

Sesampainya di ruang ganti, teman-teman perempuan sekelasnya sudah membawa seragam batik mereka ke dalam pelukan, bersiap untuk ke luar dari ruangan. Mereka menatap Faricha sinis, membuat gadis berhijab itu hanya bisa menundukkan kepala dan berjalan masuk.

Ia menghela napas pelan. Setelah mengganti seragamnya dengan kaos olahraga, ia berjalan ke arah loker dan menyimpan seragam batiknya di sana. Ia berjalan sendirian menuju lapangan. Di sana sudah sangat ramai, ia hanya bergabung di barisan belakang saat melakukan senam.

"Sana, depan aja, lo."

Faricha menghiraukan ucapan teman sekelasnya yang tidak terima dirinya di belakang, dan malah menyuruhnya untuk menjadi pemimpin senam ini.

"Ada apa, Yuki?" tanya Pak Nendra yang mendengar seseorang berbicara di belakang.

"Ini, Pak. Faricha mau mimpin."

Semua mata melihat ke arah Faricha, gadis itu hanya menunduk seraya menggeleng.

"Kalo nggak mau tuh, jangan nunjuk-nunjuk orang lain," sengit Danish seraya menatap tajam ke arah gadis yang menyuruh Faricha tadi.

Setelah mendengar pembelaan untuk Faricha tadi, gadis itu menatap tajam ke arah Faricha, lalu tersenyum miring. "Murahan," ejeknya.

Faricha hanya diam mendengar ejekan yang Yuki tujukan untuknya.

Mereka melakukan senam yang dipimpin oleh Ghoni, selaku ketua kelas. Setelah itu, berlari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali, dan berakhir dengan para siswi yang tepar langsung mendudukkan diri di tepi lapangan dengan kaki yang diselonjorkan.

Faricha memilih duduk sedikit jauh dengan mereka, karena wajah mereka terlihat tidak suka jika dirinya duduk di antara teman perempuan sekelasnya itu.

"Oke, yang perempuan basket, ya? Sementara yang laki-laki futsal. Kalian main sendiri-sendiri dulu, karena saya tadi dipanggil Bapak direktur untuk ke ruangannya, jadi saya tidak bisa mengawasi kalian."

"Untuk bolanya, silahkan ambil di ruang peralatan olahraga, ambil bola secukupnya saja, dua atau berapa. Kalau sampai hilang ... kalian wajib tanggung jawab. Paham?"

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang