Menemukanmu

51 14 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.

Maaf, aku telat bgt updatenya. Akunya beberapa hari lalu kecelakaan n belum benar-benar sembuh. Kalo makin aneh, maklumin aja, kepala abis kebentur gini, pasti ada yg malih.

Selamat membaca🤗

°°°

Pukul 01.49

Mata gadis yang semula tertutup sontak terbuka dengan tidak santai. Napasnya tersenggal-senggal mengingat mimpi yang baru saja ia tinggalkan dalam tidurnya.

Perkataan Silva kembali terngiang ke dalam mimpinya. Ia menangis, sedikit sesenggukan. Faricha sedang butuh pelampiasan sekarang.

Gadis itu bangkit dari tidurnya, lalu berjalan ke luar dari kamar, dan ke luar dari rumah. Sekeliling rumahnya terlihat sepi, maklum saja, ini baru pergantian hari, dan semua orang pasti sedang menikmati istirahat berkualitas sebelum menyambangi hari penuh penat pagi nanti.

Faricha menatap rumah besar di seberang jalan, salah satu lampu masih menyala, terlihat dari jendela tertutup yang memancarkan cahaya lampu. Entah itu kamar siapa. Tiba-tiba, rasa kecewa menyeruak di dalam hatinya kala teringat tetangganya itu. Dhani pernah berkata, bahwa laki-laki itu menyukainya. Dan karena itu, Faricha berharap bahwa Dhani tidak akan membiarkan orang yang dia suka berada dalam kesulitan, apalagi karena Dhani sendiri.

Namun kenyataannya, laki-laki itu bahkan sama sekali tidak melakukan apa-apa untuk membantunya. Ternyata ... melupakan rasa suka itu begitu mudahnya, hingga kesalahan besar yang pernah dilakukan juga laki-laki itu lupakan.

Ia menangis dalam diam, ia tidak pernah seberharap itu kepada orang lain, namun kini ia dijatuhkan oleh harapan yang ia buat sendiri. Ternyata, tatapan aneh laki-laki itu terhadapnya bukan apa-apa, begitu pula perhatiannya. Ia tersenyum getir tatkala mengingat mereka.

Sebuah bayangan terlihat dari jendela tersebut. Faricha berlari ke sembarang arah, tangisannya semakin menjadi, karena harapan yang ia buat sendiri.

"Kamu jahat banget sih, sama aku," ucapnya di sela tangis.

Faricha berlari hingga tanpa sadar sudah berada di dekat rumah Deva. Ia berjalan cepat memasuki lapangan basket yang berselisih dua rumah di samping rumah Deva, dan mengambil salah satu bola untuk dimainkan. Ia memainkannya dengan kesetanan, melempar bola ke ring dengan keras meskipun seringkali tidak masuk dan menimbulkan suara karena bola tersebut malah mengenai tiang penyangga ring.

Sampai tubuhnya berkeringat, ia masih saja berlari dan memasukkan bola.

Ketika bola itu turun dan memantul ke arahnya, ia langsung menangkapnya. Sekilas memori muncul ketika Dhani mengajarinya dengan terlihat sok keren dan handal.

Amarahnya yang baru saja terlampiaskan dengan bermain basket tadi sontak kembali ke dalam jiwanya. Ia membuang bola itu penuh tenaga ke sembarang arah, lalu berteriak.

"ARGH!"

Tubuhnya luruh oleh emosi, lalu menenggelamkan wajahnya ke lututnya yang terlipat, lalu menghabiskan air matanya di sana.

Terdengar suara beberapa pria tak jauh dari lokasi tempatnya menyendiri. Gadis itu mengusap air matanya dengan lengan, lalu berjalan meninggalkan lapangan dengan berlari kencang. Ia melakukan itu juga sebagai luapan emosi yang kini muncul karena tekanan.

Faricha tidak mau memendamnya, tidak pula ingin menceritakannya. Ia hanya butuh melampiaskan dengan sesuatu yang bisa membuatnya melupakan tekanan tersebut.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang