Temenan Kok Gitu?

40 9 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.

Selamat membaca🤗

°°°

Di saat semua orang terlelap dan tenggelam dalam mimpi masing-masing, seorang bocah laki-laki menangis keras, membangunkan dua orang yang berada di sisinya. Faricha meraih air minum dalam botol untuk menghilangkan rasa kantuknya, lalu melihat Tirta yang menangis.

"Apak-apak, buk!" Bocah itu memanggil-manggil ayah dan ibunya.

Nana ikut menangis, membuat Faricha pusing sendiri.

"Mbak, Tirta kasihan banget, dia kangen Bapak sama Ibu," ucap Nana di sela tangisnya.

Faricha ikut kasihan. Ia langsung membawa tubuh kecil itu dalam gendongannya, lalu menyanyikan sesuatu.

"Laila ha illallah, almalikul haqqul mùbin, muhammdur-rasulullah, sho'diqul wa'dil amiin." Faricha menyanyikan itu dengan nada yang—menurutnya—dapat membuat anak kecil nyaman, hingga dapat tertidur. Gadis itu berjalan pelan, seolah agar Tirta merasa terayun. Tak lama kemudian, bocah laki-laki itu menghentikan tangisnya. Faricha tersenyum tipis, lalu berjalan kembali ke arah ranjang. Namun, saat ia akan menidurkannya, bocah itu lantas menangis seolah tidak mau diletakkan di kasur.

Faricha kembali melakukan hal yang tadi ia lakukan. Ia melirik jam di dinding, sudah menunjukkan pukul 02.15. Faricha menunduk, menatap Tirta yang masih menangis pilu dalam pelukannya, sesekali masih menyebut 'apak' yang berarti bapak, dan 'buk' yang berarti ibu. Terlihat sekali bahwa bocah kecil ini sedang sangat merindukan kedua orangtuanya.

Nana bangkit dari ranjang, menyeka air matanya, lalu berjalan ke arah Faricha yang masih berdiri di dekat kursi belajar seraya menggerakkan sedikit tubuhnya. Nana mengulurkan tangannya ingin meminta Tirta dari pelukan Faricha.

Faricha menunduk, melihat Tirta yang baru saja tertidur. Ia menyerahkan bocah laki-laki itu kepada sang kakak dengan perlahan hingga bocah itu berada di pelukan Nana. Saat menggendong Tirta, tiba-tiba Nana kembali menangis, membuat Tirta ikut menangis karena merasakan tubuh bergetar sang kakak.

Faricha kembali mengambil bocah laki-laki itu, mencoba menenangkannya.

"Maaf," ucap Nana pelan.

"Sudah, tidak apa-apa, kamu cuci muka saja, gih. Atau ... mau sholat?" Faricha berbisik agar suaranya tidak membuat bocah laki-laki ini tidak kembali menangis.

Nana mengangguk. "Kita gantian, ya, Mbak. InsyaAllah, setelah aku sholat, aku akan baik-baik aja," ucap Nana.

"Aku lagi mens, Na."

Nana mengangguk, lalu berjalan ke luar dari kamar menuju kamar mandi. Tidak lama kemudian, gadis itu kembali dengan wajah yang basah. Melihat Nana yang akan memakai mukena, ia ke luar dari kamar, membawa Tirta menelusuri rumah ini agar laki-laki itu tidur.

"Hah ...." Ia mendesah pelan. Sudah lebih dari sepuluh menit ia berjalan-jalan dengan Tirta yang berada di gendongannya. Pinggangnya terasa pegal, namun ia tidak mungkin meletakkan bocah itu ke kamar, takutnya nanti akan kembali menangis.

Gadis itu pikir, ia akan menyerahkan Tirta pada kakaknya sebentar. Namun, saat ia kembali ke kamar, ia malah mendapati Nana yang sudah tertidur pulas di atas kasur. Faricha tidak tega untuk membangunkannya, akhirnya ia duduk, tapi tetap membawa Tirta dalam gendongannya.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang