Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad wa'ala Ali sayyidina Muhammad
Selamat membaca🤗
°°°
Cintai aku karna Allah
Sayangi aku karna Allah
Kasih aku karna Allah
Miliki aku karna AllahDhani tersenyum-senyum sendiri mendengar lagu itu yang diputar oleh Salsya di kamar sebelah. Gadis itu menginap di rumahnya untuk empat hari ke depan, karena kedua orangtuanya pergi ke luar kota untuk melaksanakan dinas, sementara gadis itu masih harus sekolah dan tidak bisa ditinggal sendirian di rumah.
Entah mengapa, lagu itu terdengar manis dan romantis, walaupun lagu yang dilantunkan dari wanita untuk laki-laki, namun menurutnya, ini adalah lagu temanis setelah For the Rest on My Life-nya Maher Zain. Dia memang laki-laki yang menye-menye dalam menikmati lagu.
Namun, ia menutup telinga setelahnya karena suara Salsya yang bernyanyi mengikuti lirik lagu dengan suara cemprengnya.
Ia pun bangkit dari ranjangnya, lalu berjalan keluar kamar menuju kamar adik sepupunya itu.
"Sya, jangan jangan nyanyi, suara lo cempreng kayak tutup panci jatoh tau, nggak?" ucap Dhani seraya berkacak pinggang di ambang pintu seraya melihat ke arah Salsya tajam.
Salsya mengerucutkan bibirnya kesal, lantas ia berjalan mendekat ke arah Dhani.
"Katanya tadi, nyanyinya kalo Bang Farikh udah pulang. Sekarang udah pulang, aku nyanyi malah dimarah-marahin, dikatain kayak tutup panci jatoh, Kak Abra maunya apa sih?" tanya Salsya sebal.
Dhani menaikkan satu alisnya. Salsya ini terlalu mendramatisir, padahal hanya diamnya gadis itu yang ia inginkan.
"Udah malem, Sya. Semua orang mau tidur, kalo lu nyanyi, 'ntar satu perumahan nggak bisa tidur gara-gara suara lu," ujar Dhani hiperbolis.
"Emang udah malem dari beberapa jam yang lalu, Kak." Salsya menatap Dhani sengit. "Lagian, Kakak tuh nggak boleh menghina suara aku, itu sama aja Kakak menghina ciptaan Allah, Kak Abra berdosa banget."
Dhani terdiam. Sial! Ucapan bocah yang baru masuk SMA ini terlalu menohoknya, hingga harus memutar otaknya, mencari pembalasan yang sesuai.
"Kak?" ucap Salsya ketika Dhani tidak kembali bersuara.
Dhani menghela napas pelan. "Iya, suara emang juga pemberian Allah, tapi gunakan buat yang bermanfaat, jangan malah jadi mudharat, jangan gangguin orang. Kamu berdosa banget, Sya." Dhani menepuk puncak kepala Salsya pelan seraya memasang wajah sok prihatin kepada gadis itu.
Namun, ia tersenyum kemenangan setelahnya, Salsya mendengkus pelan. "Kak Abra setelah ngaji makin pinter, ya?" ujar Salsya seraya menepuk pipi Dhani dua kali.
"Ya udah deh, aku tidur aja, nyanyinya besok aja, sepulang sekolah," ucap gadis itu lagi.
Dhani hanya bergumam tidak jelas, ia tidak peduli Salsya akan bernyanyi kapan, yang pasti jangan malam-malam, saat orang-orang ingin mengistirahatkan diri setelah bekerja pada siang hari.
Ia kembali memasuki kamarnya, lalu merebahkan diri di ranjang seraya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Ia menguap seraya menutup mulutnya menggunakan lengan, perlahan kelopak matanya mulai turun, menutup netra coklat pekatnya. Ia mulai merasakan kedamaian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Faricha
Tienerfictie(Tamat) Belum revisi Faricha Lutfia Izza, seorang gadis yang cuek. Semua yang membencinya berbalik menjadi temannya setelah mereka menyakitinya. Semua orang yang abai padanya, menjadi temannya setelah ia berubah menjadi lebih baik. Dia, Faricha...