Desiran

46 10 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.

Selamat membaca🤗

°°°

Katanya, nyaman itu ada karena terbiasa. Dalam sebuah pertemanan, jika salah satu hilang, maka akan terasa ada yang kurang, merasa tidak lengkap. Indana merasakan itu akhir-akhir ini. Terbiasa duduk dan bercerita dengan Faricha di kelas, berbagi bekal, dan banyak hal yang hampir selalu dengan gadis itu.

Ia tersenyum sendu melihat foto lanscap yang ia cetak beberapa hari yang lalu dengan ukuran yang cukup besar untuk dilihat dari pintu kamarnya. Mereka bersepuluh terlihat bahagia di foto tersebut dengan baground sepeda-sepeda yang terparkir. Itu adalah salah satu momen kebersamaan mereka.

Ia menatap gambar dirinya dan Faricha. Di sana, hanya mereka berdua yang sudah berhijab saat itu.

"Punya uang receh nggak kalian?" tanya Zulfikar.

Kesembilan remaja itu sontak merogoh saku pakaian masing-masing.

"Aku ada nih," ucap Faricha seraya melihat-lihat uang pecahan lima ribuan miliknya.

Melihat itu, Danish tersenyum mengejek. "Baru nyadong di pinggir jalan, ya, Cha?" tanya Danish.

Faricha memasukkan uangnya ke dalam saku, lalu mendongak. "Enak saja, ini sisa uang saku tau," balas Faricha ketus.

Danish tertawa renyah. "Dih, baperan."

Dhani itu tersenyum melihat wajah cemberut Faricha. "Tapi, lo pantes kok, Far," ucap Dhani.

"Pantas apa?"

"Minta-minta," sahut lelaki itu.

"Astagfirullah ...."

Indana tersenyum mengingat itu, Faricha yang Hanya beristigfar dengan akhiran panjang ketika diejek. Ah, membuatnya teringat awal berteman dengan gadis itu.

Awalnya, ia juga tidak punya teman, lalu ikut-ikut saja jika melihat Faricha dan Resti ke mana pun mereka berada di sekolah. Di kantin, di perpustakaan, hingga tanpa sadar, mereka saling mengajak dan menunggu jika akan menuju tempat itu. Lalu, saat kemah blok, ia menyadari akan salah satu teman laki-laki sekelasnya-Dhani-yang sepertinya sedang mendekati salah satu temannya, dan setelah itu, mereka berteman, bersepuluh, hingga membentuk grup chat bernama Anak Ketceh.

Indana menyeka air matanya yang turun karena rindu itu terasa semakin nyata bila ia terus mendalaminya. Gadis itu memilih untuk mengerjakan tugas sekolahnya yang baru saja diberikan tadi siang.

Saat ia mengerjakan, ponselnya bergetar beberapa kali, menandakan bahwa ada pemberitahuan masuk. Awalnya, Indana mengabaikannya. Hingga beberapa menit kemudian, getaran itu terdengar lebih cepat dan lama.

Rasa penasaran menyergapnya. Ia membuka ponsel pintarnya. Kebanyakan adalah notifikasi dari Telegram tentang series yang ia tonton sudah update, dan dari WhatsApp yang mayoritas adalah chat grup.

Namun, bukan salah satu dari kedua pemberitahuan tersebut yang menarik di matanya. Melainkan sebuah dm yang masuk 15 menit yang lalu.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang