Allah yang Beri

64 13 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

°°°

Hari dimulai dengan hujan deras yang membasahi area tempat tinggal Faricha, membuat gadis itu yang sebenarnya malas beranjak dari tempat tidurnya mau tidak mau harus turun untuk melaksanakan aktifitas hariannya.

"Bunda sudah selesai, masaknya?" tanya Faricha tidak enak. Dirinya anak perempuan, malah tidak membantu ibunya di dapur.

"Sudah, kamu mandi gih, nanti berangkatnya biar diantar Ayah, Bunda lupa, belum beliin jas hujan yang baru."

"Nanti Deva sama siapa?" tanya Faricha.

"Kamu lupa ya, Dek. 'Kan semalam Deva nelfon kamu, dia 'kan nggak berangkat dulu hari ini," ujar Firda seraya memindahkan nasi dari race coocker ke dalam ceting nasi.

Gadis itu menepuk dahinya pelan. "Oh iya."

Semalam, Deva mengabarinya bahwa tidak akan berangkat selama dua hari karena akan menjenguk Neneknya yang tinggal di Tanggerang. Namun, ketika Faricha menawarkan diri untuk membuatkannya surat izin, Deva menolak dengan alasan sudah meminta izin kepada wali kelasnya.

Firda menggeleng pelan seraya tersenyum. Faricha menatap Sang bunda dengan menyipitkan mata.

"Bunda kok tau?" tanya Faricha dengan nada sedikit mengintimidasi.

"Taulah, 'kan semalam kalian telfonannya di samping Bunda, lostspeakernya dinyalakan lagi," sahut Firda, membuat anak gadisnya menyengir seraya menggaruk tekuknya.

"Sudah, sana mandi. Nanti ditinggal Ayah loh," suruh Firda seraya mengibas-ibaskan tangannya yang membawa centong sayur.

"Siap, Komandan!"

°°°

Gadis itu sudah siap dengan seragan sekolah dan tasnya. Matanya menyipit karena tersenyum ketika melihat seorang yang ia tunggu berada di pekarangan rumah.

"Ayo, Dek."

Faricha mengangguk. Ia lantas menyalimi Firda, lalu membuka payungnya hingga sampai memasuki mobil. Setelah itu, ia menutup payung dan meletakkannya di bawah.

"Abang nggak mau bareng Ayah?" tanya Furqon ketika melihat anak laki-lakinya yang sudah mengenakan setelan casual, namun rapi, mendudukkan diri di kursi teras seraya menikmati segelas teh panas.

Farikhin menggegeng. "Tidak, Yah. Hari ini Abang berangkatnya siang," sahut laki-laki itu.

Furqon mengangguk, lalu melambaikan tangannya ke arah Firda yang dibalas oleh wanita itu. Mobil hitam itu keluar dari area pekarangan rumah, bersamaan dengan mobil putih yang juga keluar dari pekarangan rumah.

"Hai, Pak Furqon," sapa Rudy ramah setelah menurunkan kaca samping.

Faricha membuka kaca juga agar Ayahnya dapat melihat ke arah Rudy.

"Yah, disapa Papanya Dhani," ujar Faricha.

Furqon menoleh, lalu menghentikan mobilnya. "Oh, hai, Rudy. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Mau mengantar Faricha ke sekolah?" tanya Rudy yang melihat keberadaan Faricha di sisi kiri.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang