Peluang

42 12 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.

Selamat membaca🤗

°°°

Resti menatap temannya, lalu menghela napas berat. Tadi, ia melihat temannya yang dibawa oleh salah satu guru, membuatnya tidak fokus saat olahraga. Namun, untungnya tidak ada lima menit kemudian, jam olahraga habis dan ia bergegas mengganti seragam dan menyusul ke UKS. Lalu, ia meminta Pak Gana untuk membawa Faricha ke puskesmas—karena ia tidak yakin Faricha akan ditangani oleh anak PMR, walaupun untuk sekedar memberi minyak angin.

"Belum bangun nih anak?"

Dhani yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu ataupun mengucapkan salam. Laki-laki itu berjalan meletakkan dua wadah berisi makanan untuk Resti dan Faricha.

Resti melirik Dhani sekilas, lalu berpindah ke arah pintu yang berdecit, menampilkan Olan dengan seragam sekolah—sedang tersenyum ke arah mereka.

"Ngapain senyam-senyum?" tanya Resti dengan pandangan aneh.

"Nggak papa, sih."

"Gila," cela Dhani.

"Indana belum ke sini?" tanya Olan seraya berjalan ke arah ranjang samping Faricha yang kebetulan kosong, dan mendudukkan diri di sana.

"Pulang sekolah nanti."

"Dih, enak banget lo. Bisa izin sampe pulang," cibir Olan.

Resti menatap malas ke arah teman laki-lakinya. "Kata siapa? Aku di sini cuma sampai nunggu Tante Firda tiba."

Olan membulatkan bibirnya, lalu merebahkan diri sebentar sebelum dokter yang menangani kembali ke sini dan mengiranya sakit.

"Bangun, geseran, gue juga mau duduk," ucap Dhani menepuk kaki Olan beberapa kali.

"Ck." Olan berdecak kesal, namun ia tetap menuruti ucapan Dhani.

Resti meraih mangkuk steyrofoam yang ada di atas lemari kecil samping ranjang Faricha, lalu memakannya dengan tenang. Laki-laki itu membelikannya nasi goreng yang tidak ada pedas-pedasnya—bukan kesukaannya—namun, ia tetap menghabiskannya, karena ia kasihan dengan perutnya jika tak terisi secukupnya.

"Enak nggak, Res?" tanya Olan seraya memperhatikan cara makan Resti, sementara yang diperhatikan masih fokus menunduk dan membalas dengan deheman pelan.

Dhani melirik Olan sekilas yang masih memperhatikan Resti makan. "Laper lo?" tanya Dhani.

"Iya lah, 'kan kita belum makan."

"Belum istirahat juga," ujar Resti di sela mengunyah makanannya tanpa menoleh ke arah dua laki-laki itu.

Olan menghela napas pelan, lalu memilih mengamati seluruh ruangan puskesmas ini.

"Sepi amat nih puskesmas, nggak ada orang periksa apa?" gumamnya.

"Lo nggak lihat tulisan di pintu masuk tadi?"

"Apa?" tanyanya pada Dhani.

"Lag--"

"Faricha!" Dhani tidak melanjutkan ucapannya, dan malah menyorakkan nama gadis yang terbaring di ranjang puskesmas saat matanya menangkap kelopak mata gadis itu yang terbuka.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang