BK

210 34 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad.

◇◇◇

Biasanya yang paling tidak suka liat kebahagiaanmu, nantinya bakalan jadi orang yang paling tidak suka melihat kesedihanmu

***

Suara riuh anak-anak kelas 10 IPS 2 terdengar sangat membekakkan sekali. Karena jam kosong, atau sering disebut surga dunianya para murid tengah berkunjung ke kelas tersebut. Hal itu, membuat banyak anak yang membuat kegaduhan; ada yang menyanyi sambil main gitar, berlari-larian ala ala sinetron india, ngobrol, mojok--bagi yang punya doi, dan tak jarang yang tiduran di bagian belakang kelas yang kosong.

Namun, berbeda dengan Faricha. Ia malah berdebat dengan seorang lelaki nakal bin jail bin ngeselin dan paling membuatnya naik darah, siapa lagi kalau bukan Dhani. Semenjak istirahat pertama, Faricha sudah diguyur dengan air es di tubuh bagian depan, dan itu sangat dingin, apalagi satu jam sebelum itu hujan mengguyur dengan derasnya.

Namun, berkat hair drayer milik Fani--teman sekelasnya yang paling suka dandan, atau teman-temannya memanggilnya dengan 'Ondel-ondel Bandung', baju dan kerudung putih Faricha telah kering dengan cepat.

"Heh, kembalikan buku catatan Sejarah Peminatan punyaku." Faricha menggayuh buku Sejarah Peminatan IPSnya yang kini berada di tangan besar Dhani.

"Liat semuanya!" Ucap Dhani kepada seluruh siswa kelas 10 IPS 2, mengintrupsi agar semua siswa melihat kearahnya.

Dhani mengangkat buku dengan sampul berwarna biru tua itu tinggi-tinggi, sehingga tak dapat dijangkau dengan Faricha yang memiliki tubuh agak pendek.

Dhani memegang buku tersebut dengan kedua tangannya. Lalu, tangan kanannya menyobek sedikit demi sedikit buku itu.

"Tidak! Jangan disobek!" Ucap Faricha dengan nada lantang, namun tetap tak diindahkan sedikitpun oleh Dhani.

Sobekan di buku Faricha semakin memanjang, Faricha pun meronta dan mendorong tubuh Dhani supaya tak lagi menyobek bukunya.

Beberapa anak--yang tidak suka dengan Faricha tersenyum miring.

Dhani tak terpental, sementara Faricha menarik-narik tangan Dhani agar tak lagi menyobek bukunya. Namun, tak membuahkan hasil, bukunya malah semakin sobek. Astagfirullah... Faricha mengusap wajahnya yang dan dan menahan matanya agar tidak menangis. Ia telah berdosa karena menyentuh yang bukan mahram, sekarang usahanya telah menjadi beberapa bagian.

Padahal buku itu telah tertulis banyak halaman, hampir habis lembar kosongnya malah. Ah, amarah Faricha telah meluap-luap hingga ubun-ubun.

Hingga secara spontan ia memukul tubuh lelaki itu dengan kuat, hingga Dhani terpental ke belakang dan dadanya terasa sakit akibat pukulan Faricha.

Dhani pun melototkan matanya kearah gadis itu sembari tangan kiri memegangi dada kanannya. Kejadian tadi membuat seisi penghuni kelas menghentikan aktifitasnya dan menonton pertunjukan gratis di tengah-tengah kelas.

Dhani membalas Faricha dengan tamparan yang sangat keras di pipi mulus gadis itu, sehingga membuat beberapa bagian robek mengeluarkan darah. Faricha meringis sembari memegangi pipinya yang kemerahan. Ia tadi tak bermaksud memukul Dhani, yang tadi hanya spontannya yang karena marah-marah sebab Dhani telah menyobek buku sejarah Indonesia miliknya.

Resti maju dan merangkul Faricha. Ia membawa Faricha menuju ke ruang UKS.

***

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang