Terlambat dan Bilman

181 29 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

Happy reading😘

°°°

Kringgg kringgg kringgg

Jam wekernya berbunyi sangat kencang, sehingga membuatnya terlonjak. Tangannya pun meraih jam tersebut dan mematikannya.

"Alhamdulillah..."

Ia pun menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Tak mungkin bila seorang Faricha mandi subuh-subuh seperti ini.

Faricha sedang tidak menjalankan sholat. Ia hanya lebih suka mendengar murottal saat halangan.

Tok tok tok

"Dek, sudah bangun apa belum?" Ucap Farikhin di balik pintu yang masih terkunci itu. Faricha pun melangkah untuk membukanya. "Taraa."

"Abang sudah sholat?" Farikhin mengangguk. "Mau joging?" Tawar Farikhin, namun Faricha menolaknya. Ia sudah janji pada Firda untuk membantunya memasak hari ini, sekalian belajar masak.

"Maaf, saya sudah ada janji dengan seseorang. Lain kali kalau ingin mengadakan sesuatu buat janji terlebih dahulu, Tuan." Lalu, Faricha melangkah turun.

Farikhin pun menggaruk tekuknya. "Belajar bicara sama siapa dia sih?"

"Bang, jangan lupa ngaji, jangan tidur lagi! Pagi-pagi tidak baik tidur, kan rejeki turunnya pagi hari. Kalau Abang tidur, nanti rejekinya di patok ayam," ujar Faricha ketika di tangga dua dari bawah.

"Iya iya, Ibu Ustadzah Faricha." Faricha hanya mengamini do'a kakaknya itu.

"Bunda mau masak apa hari ini, terus aku bantuin apa saja?" Faricha merangkul bahu bundanya yang sedang mengupas bawang putih. Firda tersenyum, lalu melepaskan rangkulan Faricha. "Bunda mau masak nasi kuning, telur dadar, tempe kering, sama ayam goreng."

Fly, tempe kering itu adalah tempe yang dipotong kecil-kecil, lalu digoreng dan ditumis dengan bumbu tumisan, seperti; bawang putih, bawang merah, cabai, kacap, garam dan penyedap rasa, terkadang juga dicampur dengan kacang. Kalau di daerah kalian mungkin namanya beda.

"Kayak ada yang mau ultah, Nda." Firda terkekeh pelan. "Iyaya, padahal Bunda lagi pengen saja." Mengingat-ingat masakan itu, ia jadi teringat di kampung halaman bundanya. Disaat ulang tahun, orang-orang sana selalu membagi-bagikan satu wadah mika nasi kuning beserta lauk pauknya.

"Bun, jadi pengen ke rumah Mbah putri," ucap Faricha. Firda pengusap lengan kiri Faricha. "Nanti pas lebaran kita kesana ya, kalau sekarang ini Ayahmu lagi sibuk-sibuknya," ucap Firda. Faricha mengangguk, sembari tangannya menuangkan santan ke panci yang berisi beras. Ia cukup mengerti bila ayahnya sedang sibuk, pulang saja paling awal pukul 19.00, tidak seperti biasanya yang ba'da ashar sudah sampai rumah.

"Nda!" Firda membalas dengan deheman. "Nanti kalau aku milad buatin kayak gini ya," ucap Faricha yang tanpa menoleh kearah bundanya. Firda menoleh kearah anak gadisnya. "Apasih yang engga buat putri kesayangan Bunda." Faricha terkekeh pelan, lalu tangannya terulur memeluk bundanya.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang