Ada Apa?

61 10 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad wa'ala Ali sayyidina Muhammad.

Selamat membaca😊

°°°

Senyum tipis tercetak di bibir gadis itu. Setelah itu, ia menggeleng, lalu bergidik aneh. Ia meletakkan ponsel pintarnya di meja, dan kembali melanjutkan kegiatan bersiap-siap menuju ke sekolah.

"Dek, sudah ditungguin Ayah dan Bunda di bawah, buruan turun!" pinta seorang laki-laki dari balik pintu.

"Iya, Bang. Sebentar."

Faricha meraih tasnya yang tergeletak di ranjang, lalu berjalan keluar dari kamar menuju ruang makan. Ia tersenyum kepada ketiga orang yang sudah mendudukkan diri di kursi masing-masing.

"Selamat pagi," sapanya riang.

"Pagi, Dek."

Faricha menggeser kursi yang berada di samping tempat duduk Farikhin, lalu mendudukkan diri di sana.

"Tumben lama," ujar Farikhin. Laki-laki itu sudah memulai kegiatan makannya--tidak menunggu dirinya.

Gadis itu menoleh sekilas, lalu mengambil nasi untuknya sendiri.

"Telat bangun, Bang," sahutnya seraya mengambil telur mata sapi dan mendaratkannya ke atas piringnya.

"Besok-besok kalau tidur jangan kemalaman, tuh, mata panda kamu kelihatan," ucap Firda seraya mengendikkan dagu ke arah anak perempuannya.

"Biarinlah, Nda. Nanti aku pakai sedikit bedak saja, biar tidak terlalu kelihatan."

"Sudah-sudah, sarapan dulu," ujar Furqon menghentikan percakapan keluarganya.

Faricha memulai menikmati sarapannya. Setelah itu, ia memilih permisi untuk menuju kamarnya, memoles sedikit krim harian pada wajahnya. Lalu, ia pun turun karena suara Firda sudah mengintrupsi.

"Dek, Deva sudah nungguin di depan!"

"Iya, Bunda, iya."

Gadis itu berjalan ke arah Sang bunda, dan mencium tangannya dengan takzim.

"Ayah sama Abang ke mana?" tanyanya bingung.

"Sudah berangkat tadi."

Faricha mendesah pelan. Lantas, ia berjalan keluar dari rumah dan berjongkok untuk mengecek sepedanya.

"Kenapa, Cha? Bannya kempes?" tanya Deva.

Faricha mendongak dan menatap ke arah Deva. Ia menggelengkan kepala. "Cuma ngecek kok," sahutnya.

Deva mengangguk seraya membulatkan bibirnya.

Mereka melirik ke arah laki-laki yang baru saja keluar dari garasi dengan motornya. Faricha membuang muka ketika melihat Dhani yang juga melihat ke arah mereka berdua.

"Yuk, berangkat. Nanti kita telat," ucap Deva yang diangguki oleh Faricha.

Mereka pun mulai menggayuh sepeda menuju sekolah, tidak lupa percakapan bertema random yang mereka bahas di perjalanan menuju sekolah.

°°°

Hujan kembali mengguyur bumi sekitar sekolah Faricha beberapa menit menjelang istirahat. Namun, hal itu tidak membuat kantin terlihat sepi, justru sebaliknya, di depan penjual bakso dan soto terlihat beberapa siswa mengantre, ingin merasakan kehangatan kuah bakso dan soto yang pasti sangat pas jika dinikmati saat hujan seperti ini.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang