Abang Possesive?

85 16 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

Selamat membaca😊

°°°

Pukul 10.00 pagi, mereka sampai di alun-alun. Rasa lega dan puas menelusup pada relung hati masing-masing.

"Kalo gini, nyepeda sampai Jakarta gimana ya?" gumam Romi seraya menatap banyak orang yang berlalu lalang di tempat ini.

"Halah, sok-sokan mau nyepeda sampai Jakarta lo, di kota yang sama aja lo berhenti beberapa kali. Masa kalah sama cewek, nggak malu apa?" cibir Olan. Romi mendengus kesal.

"'Kan gue terbiasa naik motor," balas Romi. Ia kembali meneguk air mineralnya hingga tandas. Lalu, ketika tangannya sudah bersiap ingin membuang sampah botol itu, tiba-tiba tangan Zulfikar mencekalnya.

"Dikumpulin aja sampahnya, 'kan katanya besok mau ngajarin anak-anak buat mendaur ulang sampah plastik. Itu buat bahan-bahan daur ulangnya," ujar lelaki itu.

"Jadi ... bawa pulang sampah nih?" tanya Romi.

"Nih, masukkan sini," ucap Faricha seraya menyerahkan kresek yang sudah berisi beberapa botol kosong kepada Danish yang berada paling dekat dengannya.

Ketika tangan Danish akan menerima kresek tersebut, tiba-tiba Dhani merampasnya, membuat Faricha terjengit.

"Apa sih lo, Dhan?" tanya Danish kesal. Namun, Dhani hanya bersikap tak acuh dan memberikan kresek itu kepada Romi.

"Nih, Rom."

Romi menerimanya dengan senang hati, lalu memasukkan botol kosongnya.

"Cha," panggil lelaki itu, lalu menjalankan sepedanya menuju ke arah Faricha. Tangannya bergerak memasukkan kresek itu ke dalam keranjang sepeda Polygon milik Faricha.

"Ada apa, nih?" Ghoni dan Silva kembali dari tempatnya membeli minum dan makanan ringan.

"Nggak ada apa-apa, kenapa?" tanya Resti.

Ghoni ber-oh panjang. "Ayo, parkirin sepeda di sana," ajak lelaki itu seraya menunjuk tempat parkir yang tidak jauh dari tempat mereka.

"Punya uang receh nggak lo kalian?" tanya Zulfikar.

Kesembilan remaja itu sontak merogoh saku pakaian masing-masing.

"Aku ada nih," ucap Faricha seraya melihat-lihat uang pecahan lima ribuan miliknya.

Melihat itu, Danish tersenyum mengejek. "Baru nyadong di pinggir jalan ya, Cha?" tanya Danish.

Faricha memasukkan uangnya ke dalam saku, lalu mendongak. "Enak saja, ini sisa uang saku tau," balas Faricha ketus.

Danish tertawa renyah. "Dih, baperan."

Dhani itu tersenyum melihat wajah cemberut Faricha. "Tapi, lo pantes kok, Far," ucap Dhani.

"Pantas apa?"

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang