Surprise

45 11 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.

Selamat membaca🤗

°°°

Seorang gadis menatap puluhan siswa berseragam sama dengannya yang tengah tertawa senang di sebuah tempat makan yang berada tidak jauh dari sekolah mereka. Sekolah mereka menjadi juara umum pada PORSI pada pengumuman pemenang kemarin, dan saat ini, mereka semua bersedekah kepada teman-teman satu angkatan untuk makan sepuasnya di tempat makan itu, serta menyewanya hingga malam.

"Cha, kenapa?" tanya Oni ketika menyadari Faricha yang tidak menyentuh makanannya, malah menatap satu per satu orang yang menampilkan wajah bahagia atas kemenangan mereka—sebagian besar karena mendapatkan traktiran.

"Enggak."

Oni menaikkan satu alisnya. "Kenapa, sih?"

"Cuma, ya ... ingat teman-temanku. Kami juga pernah maka-makan setelah perlombaan olahraga semacam PORSI tahun lalu." Gadis itu kembali tersenyum.

Oni memegang tangan Faricha, membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"I'm fine, loh, Ni."

"Iya, tau."

"Btw, tahun lalu, kamu ikut lomba?" tanya Putri dengan mulut yang masih terisi makanan.

Faricha mengangguk sekilas. Lalu, ia teringat sesuatu. Ia menatap Putri dan Oni—orang yang menemaninya di sekolah sejak awal masuk kelas 12—dengan sendu. Tiga hari lagi, ia akan berpisah dengan mereka. Ada rasa sesak berada di hatinya, sebagian besar merasa tidak enak, harus meninggalkan seseorang disaat mereka sudah mulai dekat.

"Makan, Cha. Kalo ndak dimakan, ntar tak makan aku," ucap Putri yang makanannya sudah hampir habis.

Faricha tersenyum, mendorong makanannya ke arah Putri. "Nih, makan," ucapnya, lalu memasukkan ujung sedotan ke bibirnya dan menyedot es jeruk dari ujung sedotan lainnya.

"Ndak, aku bercanda, kok." Putri tertawa garing.

"Aku serius, kalau kamu belum kenyang, kamu bi—" Ucapannya terhenti karena melihat ponsel pintarnya yang menampilkan panggilan video grup. Gadis itu menatapnya dalam diam, lalu izin ke luar untuk menerima panggilan.

Ia tersenyum saat melihat wajah ketiga temannya di layar.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," sahut mereka.

"Woah, lo makin cantik aja, Cha. Gue awalnya pangling, tapi liat nama lo, jadi inget kalo itu lo." Silva tertawa, membuat Faricha tersenyum kecil.

"Kamu juga semakin cantik, kok, Va."

"Udah setahun lebih dua minggu, Cha," ujar Indana, gadis itu tersenyum getir merasakan kerinduan yang dalam, yang tidak bisa terobati hanya dengan sekedar menatap wajah dari virtual.

Faricha tertawa sumbang. "Iya, tidak menyangka saja, sudah lama banget."

"Kamu bahagia?" tanya Resti. Faricha mengangguk.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang