Accidentally

104 14 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

Selamat membaca😊

Jangan lupa add ke library or reading list.

°°°

Sebulan berlalu dengan cepatnya. Semua terasa baik-baik saja dalam satu bulan terakhir ini. Faricha semakin jago dalam bermain basket karena banyak yang mengajarinya, namun sesekali ia malas datang latihan saat Dhani bersikap menyebalkan pada siang harinya di sekolah. Interaksi antara Dhani dan Danish juga semakin membaik, Dhani sudah mulai banyak berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya.

Semua berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Benar kata sebuah quotes yang pernah Faricha baca. Manusia itu hidup menjalankan apa yang Allah takdirkan, tidak perlu pusing dengan segala yang akan terjadi kepada manusia itu sendiri, selama manusia itu percaya bahwa Allah akan memberikan segalanya yang terbaik untuk makhluk-Nya, semua akan berjalan dengan semestinya.

Hidupnya terasa lebih ringan karena Allah menakdirkan hubungan yang bernama pertemanan. Padahal, sebelumnya Faricha tak pernah berfikir akan memiliki teman dekat lebih dari dua atau tiga orang, karena menurutnya, semakin banyak orang yang mampu mendekat kepadanya, semakin banyak pula orang yang mampu membuatnya sakit dan diacuhkan di kemudian hari.

Namun ternyata fikirannya salah. Dengan pertemanan, semakin banyak ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan. Bukan hanya dari satu sisi, tapi banyak sisi.

Semua itu tergantung seberapa menikmati dirinya dalam proses pertemanannya, serta seberapa dirinya menjaga batasan dalam semua itu.

"Dibahas nanti lagi ya?"

Saat ini, Faricha dan beberapa teman sekelasnya baru saja menyudahi belajar bersama pada pulang sekolah. Mengingat dua hari lagi mereka akan melaksanakan penilaian akhir tahun pertamanya di SMA. Dua sejoli tentunya yang menjadi tutor dalam brlajar kali ini, namun terkadang Indana dan Faricha ikut menjelaskan pada materi yang tidak disukai dua sejoli itu.

Semuanya menutup buku, lalu mengemasi ke dalam tas. Lalu masing-masing menjinjing tas.

"Habis ini masih mau basket?" Tanya Resti kepada Faricha. Faricha menengok kearah Dhani yang ternyata melihat kearahnya.

"Tidak usah ya?" Ucap Faricha pelan, namun dapat Dhani mengerti meskipun tak mendengarnya.

"Nanti skill lo menurun lagi," ucap Dhani.  Dhani sedikit tau bagaimana itu Faricha, yang jika tidak rajin melakukan sesuatu, apa yang ada pada dirinya akan sedikit memudar.

"Sudah mau penilaian akhir tahun, Dhani…" ucap Faricha sedikit geregetan.

"Maksa banget, Dhan. Kayak nggak pingin lebih lama sama Faricha aja," celetuk Romi spontan karena mendengar perdebatan mereka.

Faricha langsung membuang muka. Ia berjalan menuju parkiran diikuti Resti yang ingin memboncengnya bersepeda karena kakak Resti tidak menjemput dengan alasan sesuatu hal yang tidak bisa ditinggal. Faricha bodoamat jika nanti Dhani akan menspamchat-nya nanti. Pokoknya, ia tidak akan bermain basket sampai PAS selesai.

"Dhani kayaknya suka sama kamu, Cha," ucap Resti ketika mereka telah keluar dari gerbang.

"Tidak," jawab Faricha acuh.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang