Chapter 38

2.2K 380 36
                                    

Peristiwa kemarin merupakan hal terburuk yang pernah dialami Rin.

Yah kemarin, karena sekarang dia sudah kembali ke pelukan pengasuhnya. Kamar kesayangannya dan kehangatan teman-temannya.

Pikirnya dibuang oleh kerabatnya setelah orang tuanya meninggal adalah hal terburuk yang pernah dialaminya. Tapi tidak, kemarin adalah yang terburuk. Orang asing membawanya ke tempat asing dan gelap. Tak peduli seberapa banyak Rin berteriak ataupun meronta, kekuatan pria itu masih tetap diatasnya.

Takut, hanya perasaan itu yang menyelimuti seluruh tubuhnya waktu itu. Dan bahkan sampai sekarangpun Rin masih merasa ragu hanya untuk keluar dari kamarnya. Apalagi keluar panti, untungnya Tobi maupun Saku selalu menjaganya.

Sepertinya tanpa terasa Rin sudah mengembangkan trauma.

Rin mengusap jaket merah yang ada ditangannya. Mn, dia masih belum mengembalikan jaket itu pada Nagato karena dia masih takut dengan dunia luar.

Rin meremas jaket ditangannya. Dia mencuci jaket ini secara diam-diam kemarin. Karena Rin baru menyadari jika jaketnya basah. Hanya saja sangat jelas jika kemarin cerah dan panas tanpa awan hitam sedikitpun. Kemudian saat Rin memperhatikan baik-baik, dia terkejut.

Jaket itu berlumuran darah.

Dalam ingatan Rin, hanya penjahat itu yang babak belur. Tapi tidak mungkin darah di jaket ini milik penjahat itu. Karena Nagato tidak memakai jaket ini saat memukulinya.

Rinlah yang memakai jaket ini sejak awal Nagato datang.

Dan satu-satunya yang menyentuh Rin hanya Nagato seorang. Nagato menggendongnya pulang setelah seorang Hero bernama Grand Torino dan seorang remaja laki-laki mengambil alih penjahat itu.

Sejak awal hanya Nagato yang menyentuhnya. Dan jaket Nagato juga dipakainya sejak awal.

Jika begitu, apakah Nagato terluka?.

Rin merasa cemas saat memikirkannya. Tapi dia terlalu ragu untuk keluar dan mencari tahu keadaan Nagato. Tobi dan Saku masih sekolah dan belum kembali, Rin semakin tidak berani' keluar. Sejak kemarin dia hanya mengurung diri di kamarnya.

Rin hanya bisa berharap Nagato baik-baik saja.

....

Namun kenyataannya, keadaan Nagato sendiri sekarang tidak terlalu baik.

*Brak!

"APA KAU INGIN MATI!. Sebegitu menjijikkannya kami di matamu itu! HAH?!."

"Bakugo!, Hentikan!."

"TIDAK!, KALIAN MENYINGKIR!, BIAR AKU MELEDAKKAN BOCAH TENGIK INI!!."

Bakugo berteriak marah pada teman-temannya yang terus mencoba menenangkannya. Di genggaman tangan Bakugo ada Nagato yang dengan lemah mencoba melepaskan tangan yang sedang mencengkeram kerahnya.

Sementara dari luar toilet pria berdiri anak-anak perempuan kelas A yang mengerumuni Uraraka yang terlihat seperti murung.

Secara singkat keadaan tempat itu sangat kacau.

"Kacchan!, Lepaskan Nagato-kun!, Kau bisa menyakitinya!." Midoriya yang baru datang bersama Iida dan Shoji bergegas memisahkan dua orang itu.

"Bakugo-kun!, Jika memang ada masalah diantara kalian selesaikan baik-baik!. Tidak perlu membuat keributan seperti ini!." Iida menceramahi.

"Berisik!. Lepaskan aku!." Bakugo ditahan di tangan teman-temannya dan terus meronta.

Sementara Midoriya menyembunyikan Nagato dibelakangnya bersama Iida. Matanya menatap Bakugo yang marah dengan bingung. Apa yang membuat Kacchan sampai begitu marah?.

Kesasar (MHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang