Nagato terlalu hanyut dalam pikirannya. Dia bahkan tidak menyadari jika babak eliminasi pertama telah berakhir.
Nagato baru bisa tersadar kembali saat gelombang guncangan dari ledakan besar terjadi karena serangan Midoriya dan Todoroki saling bertabrakan.
Nagato tanpa sadar menggunakan shinra tensei untuk menolak daya ledakan yang menerjang ke arahnya. Mendorong daya ledak kembali ke lapangan. Tribun di sekitar Nagato sama sekali tidak terpengaruh berkat apa yang dilakukannya. Beberapa penonton terlihat kebingungan karena kejadian tersebut tidak menimpa mereka.
Meskipun Cementos telah memblokir sebagian besar daya ledak. Namun masih ada sisa gelombang yang menerjang para penonton. Di beberapa tribun bahkan sampai ada yang terpental karena ledakan itu.
"Refleks yang bagus, Nagato-kun." Nezu berkata dari samping.
"Ah?, um, Terima kasih." Padahal Nagato tidak terlalu memperhatikan sekitar. Dia melakukan ini kebetulan karena insting bahaya serta refleksnya.
Nagato memperhatikan Midoriya telah keluar dari garis batas dan menabrak tembok di belakangnya. Menciptakan retakan berbentuk manusia. Sementara Todoroki masih berdiri di dalam garis karena berhasil bertahan menggunakan es di belakangnya sebagai penahan.
Sejenak seluruh stadion terdiam. Kemudian Nagato mendengar seorang pria bersorak pada Todoroki.
Nagato mengalihkan pandangannya. Di sana dia melihat Endeavor bersorak untuk anaknya. Dan sorakan penontonpun mengikuti sorakan pria itu.
Seluruh stadion kini bergelora dengan sorakan keras yang menggelegar.
Tapi di tengah suara yang bisa membuat merinding ini, Nagato melihat Todoroki yang masih diam. Orang itu menatap tangan kirinya. Nagato tentu tahu tentang masalah yang menghantui pikiran orang itu. Mungkin sekarang Todoroki mempertanyakan dirinya sendiri, mengapa dia sampai bisa menggunakan bagian kirinya.
Midoriya segera dibawa untuk perawatan dan Todoroki keluar dari lapangan dengan tanpa ekspresi.
"Ini pertama kalinya kau menunjukkan quirkmu secara langsung, Nagato-kun." Nezu berkata dengan tenang. "Apa itu yang namanya shinra tensei?."
Nagato tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya fokus pada pertandingan.
Pertandingan diteruskan lagi setelah arena di perbaiki oleh Cementos. Pertandingan demi pertandingan Nagato lihat dengan tenang tanpa komentar sedikitpun. Bahkan celetukan Nezu Nagato anggap sebagai angin.
Pada akhirnya pertandingan final. Bakugo melawan Todoroki. Alur cerita masih sama, Bakugo memprovokasi Todoroki untuk menggunakan bagian kirinya.
Meskipun Todoroki hampir terpengaruh, tapi dia masih tidak mau menggunakan bagian kirinya.
Hanya dengan bagian kanannya Todoroki membuat gletser es besar dengan niat untuk mendorong Bakugo keluar garis.
Bakugo emosi karena provokasinya tidak mempan, menyerang ke depan dan meledakkan setiap lapisan es dengan gila-gilaan. Todoroki juga terus menutup setiap lubang yang dibuat Bakugo dengan lapisan es baru.
Kejadian seperti itu berulang terus hingga memakan waktu. Nagato menghela nafas.
Bakugo hanya menginginkan pertarungan yang maksimal karena sifatnya. Sementara Todoroki terlalu skeptis terhadap bagian kirinya. Jadi pada dasarnya kedua orang itu seperti berputar di lingkaran.
Bakugo akan terus mengejar Todoroki dan Todoroki sendiri tidak akan pernah mengikuti keinginan Bakugo karena egonya.
Nagato melirik timer yang berjalan selama pertandingan berlangsung. Waktu yang digunakan pertandingan final sekarang lebih panjang dari timeline yang asli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesasar (MHA)
FanfictionSeorang dari dunia nyata masuk ke dalam serial anime boku no hero academia. Wat de hel?! terdengar klise tapi begitulah kejadiannya. Terbangun dalam tubuh seorang anak kecil di dunia yang penuh dengan hero membuatnya terdiam. Hanya satu kata yang...