Chapter 44

1.7K 328 20
                                    

"Ada apa ini?. Aku hanya pergi belum setengah jam lamanya, tapi lihat semua kekacauan ini." Aizawa-sensei mental muridnya satu persatu sebelum menghampiri Nagato yang masih diam.

Kekacauan?.

Memang kerusakan sebesar apa yang sudah ditimbulkan oleh satu ledakan Bakugo?. Lagi pula Todoroki juga sudah meminimalisir kerusakan yang timbul dengan esnya. Seharusnya tidak luas kan?.

Todoroki mengamati daerah sekitar lagi. Itu...?

Tempat yang di belakangi Bakugo tadi. Benar-benar rata dengan tanah. Banyak pohon yang tumbang, cekungan besar berbentuk setengah lingkaran dengan radius lebih dari satu kilo jauhnya.

Tapi bagaimana kerusakan sebesar itu bisa tercipta?. Ledakan Bakugo telah diredam oleh Todoroki, sementara yang tidak sempat terhalangi telah membuat luka bagi Nagato.

Tunggu, Nagato?.  Todoroki menoleh pada anak laki-laki yang sedang berbicara dengan Aizawa-sensei.

Jika diingat lagi. Todoroki belum melihat Nagato mengeluarkan besi hitam dari tangannya tadi. Padahal setahunya besi itu merupakan senjata andalan Nagato saat meladeni Bakugo.

Mungkin karena saking sebalnya Nagato pada bakugo, dia jadi ingin langsung memukul kepala Bakugo dengan tongkat.

Apa berarti, kerusakan sebesar itu di buat oleh Nagato sendiri?.  Todoroki menoleh pada cekungan itu lagi. Kekuatan yang sangat besar.

Jika saja aku tidak menghalangi Nagato dan Bakugo tadi. Bakugo akan tamat kali ini.  Todoroki menyipit.

Aizawa-sensei mengangkat dagu Nagato. Melihat luka bakar yang terlihat menyakitkan Aizawa-sensei melirik dua orang yang kemungkinan besar menjadi tersangka.

Setelah menghela nafas sekali Aizawa-sensei melihat Nagato agak gemetar sebelum menyentuh keningnya. Panas, anak ini demam.

"Aku rasa ada penjelasan panjang yang harus kalian ceritakan. Kalian datanglah ke ruang BK nanti." Aizawa-sensei menggendong Nagato di punggungnya kemudian berlari.

"Dewi keberuntungan berpihak padamu kali ini, Bakugo." Todoroki pergi duluan setelah mengatakan itu.

"Hah?, Apa maksudmu setengah-setengah sialan?. Kau ingin bertarung denganku sekarang?!."

"Sudahlah Bakugo-kun, ayo kita kembali. Apa kau tidak kedinginan?." Kirishima menggosok lengannya kemudian menyusul Todoroki.

Bakugo melihat dua orang itu meninggalkannya sebelum ikut berjalan di belakang.

....

Aizawa-sensei berlari cepat hingga melompati pohon ke pohon.

"Jangan tutup matamu. Pegangan padaku supaya aku kau kau masih sadar."

Aizawa-sensei merasakan ada yang melingkari lehernya setelah mengatakan itu. Tapi kemudian hawa dingin menyerang lehernya.

Tangan Nagato ternyata sangat dingin. Begitu juga dengan kakinya. Walaupun begitu tubuhnya sangat panas seperti tungku api.

'Kenapa, terasa hangat?. Bukankah, kau sudah mati, Ryosuke?.'

Bisikan pelan keluar dari mulut Nagato. Kata-kata yang diucapkannya seakan membuat hawa dingin semakin meresap.

Setelah mendengar itu Aizawa-sensei hanya mempercepat langkahnya. 

"Siapkan ranjangnya." Tanpa ba-bi-bu Aizawa-sensei memerintah begitu membuka pintu UKS.

Orang-orang yang berada di dalam UKS tentu terkejut dengan kelakuan Aizawa-sensei.

Tapi begitu melihat orang yang di bawa Aizawa-sensei mereka menyingkir dengan tenang.

Kesasar (MHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang