Belum juga sampai gerbang sekolah. All Might sudah di hadang oleh Midoriya.
"All Might!."
All Might agak tersentak mendengar panggilan itu. Dengan cepat dia menoleh ke kiri dan kanan sebelum menghela nafas. "Nak Midoriya, jangan panggil aku dengan nama itu saat ini."
"M-maaf!, Aku kelepasan!." Midoriya menutup mulutnya dan mengikuti perilaku All Might sebelumnya.
"Huuh, untungnya tidak ada orang di sekitar sini." Midoriya menghela nafas.
"Ano, ada yang ingin aku tanyakan," Midoriya berhenti sejenak saat melihat Nagato di punggung All Might. "Atau aku akan tanyakan besok saja?."
All Might mengikuti arah pandang Midoriya pada Nagato. "Sebenarnya tidak apa-apa sekarang. Apa yang ingin kau tanyakan nak Midoriya?."
"Tidak, tak apa. Pertanyaan ku hanya akan mengulur waktu disini. Aku takut membuat tidur Nagato-kun tidak nyaman. Aku akan tanya besok saja." Midoriya tersenyum.
"Kau malah membuatku penasaran nak Midoriya. Ya sudah tanyakan saja besok. Aku pikir aku juga harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu." All Might mulai berjalan.
"Baiklah, sampai besok All Might!." Midoriya melambai.
Midoriya juga pergi. Tapi di jalan dia menemukan sesuatu. Selembar kertas yang penuh dengan coretan abstrak tak beraturan. Tebal dan tipis. Sambil berjalan Midoriya memperhatikan gambar itu. Tapi matanya seakan berputar jika terus melihat coretan itu. Tidak mengerti dengan maksud gambar itu dia melihat di belakang kertas.
Di belakangnya ada kata yang ditulis dengan huruf abjad, bukan kanji.
"Ryosuke"
"Apa ini dibaca Ryosuke?. Mungkin aku harus tanya pada Yaoyorozu-san." Dengan acak Midoriya memasukkan kertas itu dalam sakunya. Entah kenapa dia sama sekali tidak berpikir untuk membuang selembar kertas itu.
....
All Might tidak langsung pulang. Tapi pergi ke makam. Nagato merindukan pemuda itu. Mungkin dengan mengunjungi tepat ini bisa membuat Nagato lebih baik.
Mengingat kembali emosi yang keluar beberapa saat lalu dari Nagato, All Might merasa itu wajar. Itulah yang seharusnya Nagato keluarkan sejak dulu.
Tapi sejak Nagato berpisah dengan Ryosuke, anak itu tidak menumpahkan emosi apapun. Tempramennya terlalu tenang hingga terasa aneh.
Bahkan All Might sempat berpikir jika Nagato telah kehilangan perasaan dalam merasakan emosinya. Itu adalah salah satu kelainan mental. Meskipun Nagato terkadang bisa menunjukkan beberapa emosi karena impulsif. Tapi tetap tidak terasa benar.
Karena itu All Might berusaha membuat Nagato menunjukkan emosinya. Dengan memperlakukannya selayaknya anak seusianya. Memberinya kasih sayang, teman bicara, orang dewasa sebagai tempat bersandar.
All Might tahu jika Nezu juga pastinya menyadari hal ini. Maka dari itu dia tahu mengapa Nezu mengambil keputusan untuk menyisipkan Nagato dalam anak-anak kelas 1A. Karena All Might juga menyadari, jika emosi Nagato terkadang berfluktuasi jika berhadapan dengan murid-murid Aizawa-sensei.
Seakan Nagato nyaman merasa akrab dengan mereka. Seakan Nagato sudah sangat kenal dengan murid-murid Aizawa-sensei.
"Kita tidak pulang?." All Might menoleh begitu mendengar suara di belakangnya.
"Kau bangun nak Nagato?. Sebenarnya aku ingin mengajakmu ke suatu tempat setelah kau bangun. Tapi aku lihat tadi sepertinya tidurmu sangat nyenyak, jadi aku mengurungkan niatku. Tapi karena sekarang kau sudah bangun, kita akan pergi sekarang juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesasar (MHA)
FanfictionSeorang dari dunia nyata masuk ke dalam serial anime boku no hero academia. Wat de hel?! terdengar klise tapi begitulah kejadiannya. Terbangun dalam tubuh seorang anak kecil di dunia yang penuh dengan hero membuatnya terdiam. Hanya satu kata yang...