Chapter 67

775 125 4
                                    

Begitu bel darurat berbunyi tidak perlu waktu lama bagi dokter dan perawat yang bertugas untuk berdatangan.

Tsukauchi menyerahkan rekannya pada salah satu perawat. Dan kemudian mundur untuk memberi ruang bagi dokter.

Pemeriksaan dilakukan saat itu juga. Denyut nadi, denyut jantung, reaksi pupil pada cahaya. Dokter terdiam selama dua detik kemudian saling bertatapan dengan Tsukauchi yang sejak tadi menyaksikan penyelamatan dari samping.

Dokter lain juga melakukan pemeriksaan pada anak laki-laki di sana.

Tebakan Tsukauchi adalah masalah yang terjadi semalam dan apa yang sedang terjadi sekarang ini ada kemungkinan hubungannya dengan quirk dari anak itu.

Saat sekilas melirik laporan kesehatan yang di pegang rekannya tadi pria itu melihat kolom Quirk tidak berisi dan hanya diisi dengan tanda tanya yang di cetak tebal.

"Ini peningkatan quirk. Dan semakin di luar kendali!. Siapkan anestesi!."

Suara tap tap tap dari langkah cepat petugas menjadi berisik dan  seakan memenuhi ruangan.

"Dosis pertama di berikan, tidak ada penurunan. Siapkan dosis kedua."

Segera anak yang terbaring itu tidak lagi kejang dan hanya gemetar ringan dengan mata yang tertutup rapat. Hanya terlihat seperti mengalami mimpi buruk.

Tiba-tiba Tsukauchi maju meraih dokter itu. "Dia masih anak kecil."

"Tuan, kami kekurangan personil untuk menangani kejadian semacam ini. Jika tidak segera menyelesaikan masalah ini maka kami juga tidak akan bisa menyelamatkan rekanmu." Dokter itu juga memberikan pengertian.

Jika masalah tentang kemanusiaan tidak ada yang bisa lebih menghargai selain dari bidang mereka telah disumpah untuk menyelamatkan setiap nyawa sebelum turun bertugas. Dan medis termasuk dalam bidang ini.

"Sensei!, pasien lain yang sebelumnya diluar kendali kembali histeris. Keributan semalam kembali lagi." Perawat yang masuk sambil membawa troli dorong tiba-tiba melapor.

Mendengar hal itu mata Tsukauchi tanpa sadar jatuh ke rekannya yang telah dibaringkan ke ranjang. Benar saja ekspresi rekannya tiba-tiba semakin menyakitkan dan tubuhnya gemetar lebih kuat. Mulutnya mulai terbuka dan tiba-tiba teriakan menyakitkan keluar mengejutkan orang-orang disana.

"Bawa pasien ke ruangan lain!."

Rekannya segera di dorong keluar untuk meminimalkan suara mengganggu.

Dokter kembali menangani anak itu. "Siapkan penenang dosis kedua."

"Dosis di berikan, masih tidak menunjukkan penurunan."

Entah mengapa Tsukauchi ikut menjadi gelisah saat melihat ketegangan dari petugas medis yang terus berlalu lalang. Jeritan dan teriakan juga terdengar bersahutan dari luar ruangan. Kebingungan semacam ini mungkin yang telah terjadi semalam.

"Apa rumah sakit tidak memiliki personil untuk menghadapi situasi semacam ini?."

Dokter itu menjawab tanpa menoleh. "Umumnya ada, tapi setengah tahun yang lalu petugas itu telah pensiun dan kembali ke pulau tempat kampung halamannya. Karena sebelumnya situasi seperti ini sangat jarang terjadi. Manajemen tidak terlalu memaksakan untuk segera mengisi kekosongan personil itu. Siapa yang tahu, jika hal seperti ini akan terjadi dengan tiba-tiba."

Tiba-tiba saja dokter itu berkata. "Siapkan dosis ketiga."

"Tunggu, tunggu sebentar jangan injeksikan terlebih dahulu, beri aku waktu." Tsukauchi keluar ruangan dan mencari sudut untuk menenangkan pikiran mencari solusi.

Kesasar (MHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang