Chapter 45

1.6K 333 13
                                    

Nezu, All Might melihat kepergian ke empat orang itu. Sementara Aizawa-sensei, tiba-tiba saja orang itu pergi entah kemana.

"Toshinori-san, bisakah Nagato benar-benar mempunyai seragam itu nantinya?. Aku sangat berharap." Nezu tersenyum.

"Jika harapan seperti itu. Aku juga melakukannya Nezu-san." All Might menjawab.

Membayangkan Nagato yang nanti lebih besar mengenakan seragam UA. Masuk ke kelas dengan membawa tasnya. Bercengkrama dengan teman-temannya.

Jika saja hal itu telah terwujud. Berarti misi ini telah selesai.

"Ah?!, Maaf Sensei! kami tidak melihat apapun!."

Nezu dan All Might mendengar suara ini di kejauhan. Kemudian segerombolan anak kelas Aizawa-sensei melewati depan mereka.

"Maaf permisi, kepala sekolah."

"Ayo cepat, ayo cepat." Kemudian anak-anak itu segera menghilang di koridor.

Tak berapa lama kemudian Aizawa-sensei kembali bergabung dengan Nezu dan All Might.

"Jadi kau berada di sana Aizawa-san." All Might tertawa. Aizawa-sensei hanya meliriknya.

....

Nagato menikmati angin musim panas yang terasa hangat di atas punggung Kirishima sambil menutup mata.

Kalian tahu?. Padahal sejak tadi orang yang menggendong Nagato ini terus berceloteh omong kosong yang sama sekali sangat sangat sangat kering dan tidak bermutu.

Jadi Nagato sejak tadi mengabaikannya. Mungkin sekarang Kirishima mulai malu terus berbicara tanpa henti. Sementara dua orang di belakangnya adalah dua tembok berjalan jika soal percakapan.

"Err, jadi, ke arah mana?. Stasiun?." Kirishima menoleh ke belakang.

"Bakugo yang membawa alamatnya." Todoroki berbicara.

"Aku tahu bodoh." Bakugo merogoh sakunya dengan kesal. Kemudian dia terdiam. Tidak ada, kertas alamatnya hilang.

"Aku kehilangannya." Bakugo berkata dengan cemberut. Kirishima dan Todoroki menoleh secara bersamaan.

"A-apa yang kalian lihat?!." Bakugo berteriak.

"Astaga, sekarang bagaimana?." Kirishima bingung.

"Coba tanya Nagato-kun." Todoroki berpendapat.

Nagato membuka matanya begitu namanya di sebut. "Aku tidak tahu."

"Kau bahkan tidak tahu alamat tempat tinggal mu sendiri?." Bakugo bertanya sinis.

"Mana mungkin aku tahu. Mereka juga tidak pernah memberitahuku. Setiap hari aku tidak pernah berjalan sendiri. All Might selalu yang mengantarku. Jadi kupikir, aku tidak perlu bersusah payah mengingat jalan pulang." Nagato berkata asal.

Bakugo dan Kirishima membuka mulutnya mendengar penjelasan anak itu.

Baru kali ini mereka bertemu orang yang berpikiran seperti ini.

"Lalu bagaimana sekarang?."

"Haruskah menelepon Aizawa-sensei?."

Todoroki tanpa basa-basi. "Aku tidak membawa ponsel hari ini."

Bakugo mengeluarkan ponselnya. "Lowbat."

"Nagato-kun, bisa minta tolong ambilkan milikku di saku belakang?." Kirishima meminta.

"Um," Nagato mengambilnya, tapi kemudian ponselnya terjatuh. Krak. Dan layarnya pecah.

"Oh, maafkan aku. Seharusnya aku menggunakan tangan kiri. Apa masih menyala?." Nagato berkedip.

Kesasar (MHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang