Chapter 23

2.8K 462 7
                                    

Di dalam tempat lain, kamar yang gelap dan berantakan. Seorang pria dengan kulit keriput tak sehat sedang melihat layar laptop.

Dalam layar itu menampilkan festival olahraga UA yang tengah berlangsung hari itu.

Shigaraki melihat setiap murid kelas 1A dengan cermat. Matanya  kemudian melihat anak berambut hijau yang melewati garis finish.

Matanya mungkin melihat pertandingan dengan serius, tapi pikirannya fokus pada hal lain.

Kemarin setelah Shigaraki kembali dari USJ, Senseinya mempertanyakan keberadaan Nagato. Kenapa anak itu tidak kembali padanya.

Waktu itu Shigaraki sangat gugup dan hanya bisa diam. Mana mungkin Shigaraki mengaku jika dia memang sengaja membuat Nagato tertinggal di USJ.

Jadi Shigaraki tetap diam, begitupun juga Senseinya juga diam lantaran menunggu jawaban Shigaraki. Keheningan melanda selama beberapa menit. Shigaraki mulai berpikir Senseinya akan membuangnya karena kecewa.

Tapi itu tidak terjadi. Senseinya hanya meminta Shigaraki meneruskan rencananya dan memperingatkan Shigaraki untuk mendapatkan Nagato kembali.

Sejak saat itu Shigaraki paham, jika kemungkinannya akan sangat kecil untuk membuat Senseinya melupakan Nagato.

Kejadian hari itu juga sedikit merubah jalan pikiran Shigaraki. Pria itu menjadi lebih berpikir dan perhitungan dalam menyusun rencana.

Jika Shigaraki tidak bisa menyingkirkan Nagato karena kesukaan Senseinya. Maka dia akan membuat cara supaya Senseinya membenci Nagato sendiri. Sehingga Senseinya akan membuang Nagato dengan sendirinya.

Tapi jika begitu, Shigaraki tidak mungkin berkerja sendiri. Kurogiri juga tidak mungkin, orang itu akan melaporkan segalanya pada Senseinya.

Jadi aku perlu rekan lain. Orang lain yang bisa aku percayai selain Kurogiri.

....

Nagato menguap lebar.

Pertandingan adu kavaleri terlihat membosankan dimatanya. Karena pada dasarnya sejak awal dia sudah tahu jalan ceritanya. Jadi Nagato juga sudah lama tahu siapa pemenangnya.

Nagato melihat All Might yang terlihat bersemangat menonton pertandingan. Sesekali bahkan pria itu akan maju ke pagar pembatas seolah tidak cukup melihat dari jauh.

"Apa pertandingannya membosankan?." Nezu disebelah kiri Nagato selalu yang pertama membuka percakapan. Mungkin kepala sekolah itu tidak suka berdiam diri.

"Tidak," Nagato menggeleng. Tapi dalam hati menjawab iya.

Para penonton terus bersorak dengan teriakan. Komentar Present Mic dan Aizawa-sensei juga berselang seling selama pertandingan. Mana mungkin suasana meriah seperti ini disebut membosankan?.

Hanya saja Nagato sudah tahu pemenang pertandingan ini. Mungkin dia nanti tidak akan terkejut.

"Tentu saja tidak," Nezu melihat regu Todoroki yang terus mengejar regu Midoriya. "Apa menurutmu Todoroki mampu merebut pita lawannya?."

"Todoroki?," Nagato terkejut, ternyata Nezu mampu menghafal muridnya. Tapi itu mungkin karena identitas Todoroki sebagai murid jalur undangan dan putra Endeavor juga, sehingga mudah dihafal.

Nezu mengangguk lalu menunjuk remaja dengan dua warna rambut menggunakan cakarnya. "Yang itu, dengan dua warna rambut. Bukankah kau kerap berinteraksi dengan kelas A?. Apa kau tidak mengenal semua murid Nagato-kun?."

Tidak, aku bahkan sudah hafal diluar kepala dalam sekali lihat. Nagato membatin, tapi Nagato hanya terlihat mengabaikan pertanyaan Nezu yang terakhir.

Kesasar (MHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang