Chapter 72

635 111 26
                                    

Sambil nunggu bukber...

Happy reading

***

Suara kucing terus mengeong dari luar.

Andi sedang memperhatikan tangannya yang telah di balut perban dengan rapi oleh Yama. Saat orang itu pergi ke belakang untuk mencuci piring, Andi diam-diam membuka pintu depan dan membiarkan Ireng masuk.

Anak kucing itu mengeong dan segera mengendus-endus tempat baru itu.

Andi membiarkannya berkeliling dan mengeksplor disekitar sementara dia kembali duduk di meja makan. Kucing itu akan kembali dengan sendirinya begitu dia puas.

Benar saja, tidak lama kemudian Ireng menghampiri Andi dan dengan mudahnya duduk di pangkuan Andi seolah telah terbiasa.

Andi dengan familiar mengusap bulu anak kucing itu. Pandangannya agak sedikit kosong saat berpikir teori apa yang memungkinkan dia bisa merasakan rasa hangat dari sentuhan quirk Yama.

Karena Andi mengambil tubuh ini dalam keadaan sudah menjadi mayat.

Tanpa campur tangan Ireng, meskipun Andi bisa bergerak bebas, tapi dia menjadi mati rasa terhadap apapun. Tidak berbeda dengan mayat hidup, zombie.

Dan anehnya Andi tidak tahu quirk macam apa yang dimiliki Yama. Tapi orang itu bisa membuatnya merasakan hangat.

Apa Yama memiliki quirk yang mirip dengan kemampuan Ireng?.

Tapi kenapa Ireng tidak memberikan peringatan apapun?. Andi berpikir dengan keras.

Kemudian, tiba-tiba dia mendengar siulan pelan yang terdengar di sela-sela gemericik air.

Andi mengangkat pandangannya. Yama memang sedang mencuci piring di dapur.

Siulan itu berhenti, kemudian suara keran air yang di tutup juga terdengar.

Saat langkah kaki mendekat, Andi bisa melihat wajah di balik rambut  gondrong Yama agak terkejut saat melihat anak kucing yang di pangku Andi.

"Itu, apa kau yang memasukannya?."

Andi menganggukkan kepalanya.

Yama mengusap wajahnya. "Ya, baiklah. Tapi aku tidak punya tempat untuk buang kotoran hewan. Aku tidak pernah punya peliharaan sebelumnya."

Andi menunduk, masih setia mengusap bulu kucing. "Dari mana kau tahu lagu itu?."

"....Lagu?." Yama ikut duduk di sebrang meja.

"Ah, itu lagu milik temanku. Dia sering menyanyikan itu dan berjanji akan mengisinya dengan lirik-lirik yang indah."

Yama mengangkat bahu. "Dia bermimpi ingin menjadi musisi. Aku tidak tahu apakah dia telah mewujudkannya sekarang. Karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya."

Andi mendengarkan hingga Yama berhenti sebelum tiba-tiba melangkahi meja dan menarik kerah Yama mendekat hingga mereka saling bertatapan.

"Kau..., kenal dengan Ryosuke?." Andi berbisik dengan ragu. Lagu itu, merupakan melodi yang pernah di dengarnya saat Ryosuke memetik senar gitar perlahan-lahan di malam hujan.

Mulut Yama terbuka karena kaget. Orang itu tergagap dengan bingung sebelum menyipitkan mata sama bingungnya. "Dari mana kau tahu nama temanku?."

"Jawab pertanyaanku." Andi mendesak.

Yama mengerutkan kening. Tangannya menggenggam tangan kecil yang menarik kerahnya. Tapi setelah merasakan perban yang membungkus tangan itu, Yama menarik kekuatannya.

"Aku dan Ryosuke pernah tinggal bersama. Kami bersama anak-anak yang lain tinggal di sebuah tempat kecil di atap perumahan."

Andi perlahan-lahan mengendurkan tangannya hingga terlepas. "Teruskan."

Kesasar (MHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang