Chapter 15

3.7K 531 4
                                    

Mood buruk terus membayanginya Nagato. Dia dalam masalah besar sekarang.

Awalnya Nagato pikir dia akan di penjara atas semua kesalahannya. Tapi hal itu tidak pernah terjadi.

"Jangan sampai kau menghilang dari pandanganku, bocah."

Nagato menatap mumi berjalan berambut gondrong di hadapannya. Wali kelas 1A, Aizawa Shouta. Nagato menghela nafas lalu mengusap pelipisnya. Mengingat bagaimana dia bisa terjebak di situasi ini.

Seperti bagaimana seharusnya. Nagato memang ditangkap dan di kurung secara terpisah dengan 'Ryosuke'.

Tentu saja mereka akan segera menemukan fakta tentang tubuh 'Ryosuke'. Itu terbukti dengan Nagato yang dipindahkan di ruang interogasi dengan tangan terborgol dan dibombandir dengan sejuta pertanyaan.

Tapi Nagato hanya menutup mulut tanpa perlu repot menjawab pertanyaan itu. Yah, Nagato memang berpegang pada prinsip 'tidak pernah bicara pada orang asing' ingat?.

Sikap Nagato yang seperti itu jelas menyulitkan pihak kepolisian. Tapi tentu saja para penyidik tidak akan menggunakan kekerasan untuk mengorek informasi dari Nagato. Selain dari karena Nagato yang masih kecil atau di bawah umur, ada juga peraturan bahwa setiap tersangka mempunyai hak untuk diam.

Nagato bisa melihat wajah frustasi para penyidik yang keluar dari ruang introgasinya. Nagato menghabiskan waktunya di ruangan serba putih itu dengan bosan. Sesekali dia akan mengawasi dunia luar melalui mata Itachi yang bebas.

Setiap kali fokusnya jatuh pada sudut pandang Itachi. Maka matanya hanya akan terlihat melamun dari luar. Melalui kaca satu sisi, wajah melamun itulah yang kerap dilihat para penyidik yang mengawasi Nagato.

Mungkin karena wajah itulah para penyidik mulai luluh. Mereka berpikir jika Nagato hanyalah seorang anak kecil yang kemungkinan besar di pengaruhi oleh sudut pandang para villain.

Tapi meski begitu Nagato tetaplah tersangka pembunuhan bersama 'Ryosuke'. Kepolisian tidak akan pernah lupa pada kasus pembantaian gedung parkir. Lebih dari setengah anggota geng yang tewas terpakukan batang besi di lantai parkiran. Itu kejadian yang sangat sadis, apalagi saat mengetahui salah satu dari pelaku merupakan seorang anak kecil yang bahkan belum berusia sepuluh tahun.

Pada hari kedua interogasi Nagato mendapat tamu tak terduga di kantor polisi.

"Halo nak, Kita bertemu lagi. Mungkin kau sudah melihatku dari kejauhan kemarin. Tapi kita belum bertemu secara resmi. Perkenalkan, aku Kepala Sekolah UA, Nezu."

Seekor tikus putih berpakaian rapi duduk di sebrang meja Nagato.

Nagato melirik tikus putih besar yang duduk di hadapannya. Dia tidak pernah berpikir jika dia akan bisa berbicara langsung pada seekor hewan, yang memiliki IQ yang lebih tinggi dari manusia. Nagato merasa tersindir mengingat jika dia juga seorang manusia.

Lalu melihat dua orang yang berdiri di belakang tikus itu. Mumi berjalan rambut gondrong. Orang itu jelas wali kelas 1A, Aizawa-sensei. Jadi dia sudah keluar dari rumah sakit?. Sepertinya baru tiga hari sejak insiden USJ.

Di samping Aizawa-sensei, salah seorang penyidik dari pihak kepolisian, Tsukauchi. Dia memiliki quirk pendeteksi kebohongan. Jelas sekali alasan dia mengikuti dua orang ini.

"Ok, aku rasa kau tidak mau mengatakan namamu, tak apa. Lagi pula kami sudah tahu namamu dari beberapa kesaksian. Nagato bukan?." Nagato tidak mengangguk atau menjawab. Dia hanya merasa aneh melihat hewan yang berbicara. Beberapa pikirannya masih menganggap dia adalah orang luar dari dunia dua dimensi ini.

Nezu masih terlihat sabar walaupun tak mendapat tanggapan dari Nagato. "Aku dengar kau tidak mau membuka mulut sama sekali. Kau bahkan pernah menyerang petugas dengan quirkmu karena kau tersinggung benar?." Nezu adalah jenis makhluk yang talkative, dia akan terus berbicara meskipun lawan bicaranya hanya mendengarkan atau mengabaikannya.

Kesasar (MHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang