"Kenapa aku harus memberitahumu?. Aku hanya melemparnya ke tempat yang jauh. Dan kemana Tomura berlari dengan kakinya, mana mungkin aku tahu?." Senyum lebar All for one tampak mengejek dari balik kaca.
Tidak ada perubahan dalam alur ceritanya. Villain itu masih di tempatkan dalam sel yang penuh dengan senjata otomatis yang akan langsung aktif begitu mendeteksi sedikit perubahan pada detak jantung All for one.
Tidak ada yang tahu seberapa besar kemampuan yang dimiliki pria tua ini untuk bisa mengendalikan detak jantungnya sendiri sembari mengejek Aizawa-sensei yang berdiri di sebrang kaca pengawas.
Ekspresi Aizawa-sensei tidak berubah. Dia sudah menduga jawaban ini. Membalik beberapa data yang telah dikumpulkan tim penyidik dalam laboratorium bawah tanah, Aizawa-sensei berhenti pada sebuah halaman.
"Klan Akayame telah punah hampir seratus tahun yang lalu. Darimana kau bisa mendapatkannya?."
"Mendapatkan apa?."
Aizawa-sensei mengangkat pandangannya. "Nagato."
Senyum All for one memudar kemudian memiringkan kepalanya dengan sengaja. "Nagato?, siapa Nagato?."
"Seorang anak laki-laki, yang baru saja kau cabut matanya beberapa jam yang lalu." Aizawa-sensei meningkatkan nadanya. Bukannya dia marah hanya saja, hal yang paling mengesalkan adalah berhadapan dengan seseorang yang berpura-pura lupa dan tidak tahu apa-apa.
"Ah, maksudmu Yoshihiro?. Anak itu, kami tidak biasa menyebutnya Nagato. Jadi maaf sebelumnya aku tidak tahu apa yang kau maksud." Kalimat sopannya benar-benar akan mudah meyakinkan orang lain jika mereka tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Seolah-olah All for one memang seorang pria tua yang pelupa yang tidak bersalah sama sekali.
"Berhenti bermain-main. Sebelum aku masuk kesana dan membuat lubang untuk mata ikan tuna di kepalamu." Aizawa-sensei masih tanpa ekspresi. Tapi kalimat barusan jelas mengandung sedikit amarahnya.
"Baik, baiklah aku mengaku. Akan aku ceritakan. Lagipula kalian sudah menangkap ku. Perlawanan juga tidak akan berguna di ruangan ini." All for one terkekeh pelan.
"Mana yang ingin kau ketahui?. Yoshihiro atau Akayame?." Tawaran All for one terdengar seperti memberi pilihan antara teh atau kopi.
"Katakan semuanya." Aizawa-sensei menyipitkan matanya.
"Sekitar bertahun-tahun yang lalu. Kapan waktunya aku sudah lupa. Tapi sewaktu aku melakukan 'pekerjaanku'," All for one menyeringai.
"Anak buahku menemukan sisa bangkai manusia di China. Tidak ada yang istimewa seharusnya. Tapi yang membuatku tertarik adalah sebagian tubuh itu masih sangat bagus karena terawetkan secara alami oleh suhu rendah. Rambut merahnya begitu terang di balik es. Dari situ aku tahu, mungkin aku menemukan harta karun." Wajah All for one membuat ekspresi bahagia.
Tapi Aizawa-sensei mengerutkan kening pada ekspresi mengerikan yang bisa di buat wajah yang sudah buruk rupa itu.
"Penelitian dan penelitian. Aku tiba-tiba menjadi penggila kerja. Tapi tidak peduli seberapa banyak waktu yang aku luangkan. Berapa banyak eksperimen yang aku buat. Tidak ada satupun yang berhasil. Sampel langsung dari harta karunku terlalu kuat untuk di terima tubuh manusia modern saat ini."
"Aku membuat jalan lain. Jika tubuh manusia pada masa ini tidak mampu menahan kekuatan sampel langsung. Maka aku membuat tubuh mereka menjadi lebih kuat terlebih dahulu. Kemudian tanpa sadar aku menciptakan nomu." All for one tertawa. Wajahnya tepat menghadap Aizawa-sensei.
"Makhluk-makhluk yang kalian lawan itu sebenarnya diciptakan tanpa sengaja untuk tujuan lain. Tapi meski nomu terasa kuat sebenarnya makhluk itu masih terlalu lemah. Tidak ada satupun yang selamat dari eksperimen. Mereka semua mati. Aku kehilangan banyak dana dan sampel yang terbuang cuma-cuma. Kemudian dengan sampel yang tersisa aku melarutkannya. Mengubahnya menjadi zat halus yang lembut dan akan mudah berasimilasi dengan tubuh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesasar (MHA)
FanfictionSeorang dari dunia nyata masuk ke dalam serial anime boku no hero academia. Wat de hel?! terdengar klise tapi begitulah kejadiannya. Terbangun dalam tubuh seorang anak kecil di dunia yang penuh dengan hero membuatnya terdiam. Hanya satu kata yang...