Yah, bukannya tidak ada yang bisa menemukannya. Tapi ada satu orang yang sepertinya bisa dikecualikan.
....
Nagato duduk di bawah pohon. Merasa aneh karena emosinya keluar begitu saja saat mengingat masa lalunya dulu.
Masa lalu, jika bisa dia ingin melupakan hal itu. Tapi semua kenangan tentang satu-satunya orang tuanya yaitu ibunya ada dalam masa lalu itu.
Jika dia bisa melupakannya, apakah arti dari hidupnya sekarang?.
Dia bisa tetap hidup, mendapat tempat tinggal yang baru, keluarga yang baru, saudara baru, dan hidupnya tidak pernah lebih baik dari sekarang.
Bisa dikatakan, kisah Cinderella terjadi padanya.
Dari seorang anak lusuh pedesaan, menjadi seorang pangeran tampan kaya yang tidak pernah kekurangan apapun.
Layaknya kisah Cinderella, diangkat dari tanah menuju langit yang cerah.
Cinderella tidak mengorbankan apapun dalam semua proses itu bukan?, Gadis itu tidak kehilangan apapun.
Tapi dia sendiri?, Ibunya pergi untuk selamanya. Kepergian satu-satunya orang tua baginya itu digantikan dengan seluruh kemuliaan yang dia dapat kini.
Dia tidak pernah mengerti. Mengapa untuk membiarkannya tetap hidup ibunya yang harus mati?. Tidak bisakah mereka hanya mengambilnya dan paling tidak membiarkan ibunya tetap hidup meskipun hanya di pedalaman terpencil?.
Kenapa. Mereka. Harus. Membunuh. Ibunya?!.
*Krrrt krrt
Pohon di belakang Nagato bergetar pelan. Daun-daun berjatuhan tapi tidak sampai menyentuh tanah. Daun-daun itu melayang di sekitar Nagato.
Melihat fenomena yang terjadi di sekitarnya Nagato menarik nafas dalam berusaha menenangkan diri. Tapi untuk yang waktu ini agak sulit.
Mungkin itu karena emosi dan kebencian yang sudah terakumulasi selama beberapa tahun ini.
Nagato sekali lagi menarik nafas dalam-dalam dan mencoba untuk tenang.
Setelah beberapa waktu akhirnya anomali yang disebabkan rinegan bisa terurai. Pohon di belakang Nagato kembali berayun lembut mengikuti angin dan daun-daun yang melayang kembali berjatuhan mengikuti gravitasi.
Nagato tersedak dan terbatuk beberapa kali. Bukannya dia mau menangis. Tapi mungkin karena emosi tubuh anak kecil sendiri sering tidak stabil, Nagato merasa hidungnya terasa masam.
Padahal di dunianya dulu dia sudah terbiasa untuk menyembunyikan kebenciannya selama bertahun-tahun demi untuk bertahan hidup. Tapi sekarang, hanya sekali dia mengingat kenangan itu. Seakan air mata langsung terancam jatuh dari matanya.
Kaak kaak!
Nagato tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa pemilik suara itu. Dia hanya mengubur kepalanya di antara lututnya saat tersenyum. "Kenapa selalu kau yang melihat setiap sisi menyedihkan ku."
"Kemari Itachi." Nagato mendongak.
Itachi hinggap di atas lutut Nagato. Tanpa memperdulikan Nagato yang terus menatapnya, gagak itu mulai merapikan bulunya seakan menganggap kaki Nagato itu hanya sebuah dahan pohon yang digunakannya bertengger.
Nagato melihat burung hitam itu yang sedang menganggapnya sebagai dahan pohon.
Jika Nagato tahu apa yang dipikirkan oleh burung hitam itu mungkin detik ini juga Nagato akan mencabuti bulu jelek burung itu satu-persatu."Kau tahu?, semakin lama aku memperhatikanmu, semakin aku berpikir jika kau semakin mirip dengan Itachi sendiri. Kecuali kecuali keahlian unik dan hobimu itu. Kau pengamat, mengawasi semua dalam diam. Kemudian bertindak dalam kegelapan. Memastikan semuanya berjalan lancar tanpa mengharapkan imbalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesasar (MHA)
Fiksi PenggemarSeorang dari dunia nyata masuk ke dalam serial anime boku no hero academia. Wat de hel?! terdengar klise tapi begitulah kejadiannya. Terbangun dalam tubuh seorang anak kecil di dunia yang penuh dengan hero membuatnya terdiam. Hanya satu kata yang...