Chapter 76

424 82 22
                                    

Kita lupakan MC dulu, author lagi pengen nengokin anak kandung tersayang yang dilupakan ಥ⁠‿⁠ಥ

Warning tidak edit!

***

Nagato menekan layar hologram di kamarnya. Meskipun terlihat unik dan sangat modern, tapi benda ini sama sekali tidak berbeda dengan laptop pada umumnya.

Yang menjadikannya berbeda hanyalah benda ini di lengkapi dengan firewall berlapis khusus yang dibuat untuk membatasi informasi dari dalam sini ke dunia luar dan begitu pula sebaliknya.

Jadi benda ini tidak ada gunanya sama sekali selain dari sebagai hiasan di kamar. Dan karena tidak pernah menggunakannya sama sekali, Nagato bahkan selalu meletakkan benda ini di sudut lemari karena memenuhi meja.

Tapi kali ini dia dengan sengaja menyalakan benda itu. Layar hitam biru yang terpantul di dalam matanya menampilkan tulisan,

menghubungi....-terhubung.

Tidak ada suara yang keluar meskipun orang di sebrang sana telah mengangkat panggilan.

Pada akhirnya Nagato yang mengalah dan membuka suara. "Mikasa-san, aku-..."

"Aku mengerti, Nagato-kun. Kau ingin menemui teman-temanmu?. Tentu,"

Nagato membuka matanya dengan ragu karena kaget. Tidak biasanya orang ini akan membiarkan salah satu dari tempat tertutup ini boleh keluar.

Tapi, mungkin ada alasan untuk perilakunya ini.

"Tapi aku ingin kau pergi mengikutiku besok. Aku ingin kau menemaniku untuk menemui seseorang."

Itu dia alasannya, Nagato melipat bibirnya. Lagipula memang tidak ada pilihan lain selain mengikuti keinginan orang ini. "Baiklah."

"Sampai jumpa besok."

.....

"Satu dua, satu dua. Sangat mudah melakukan ini bagaimana kalian sampai tidak bisa?." Mina menertawakan dua temannya.

"M-maaf aku benar-benar tidak pernah menari sebelumnya." Midoriya terlihat seperti akan menitikkan air mata.

"Aku bisa melakukannya!, lihat ini." Sementara Iida di samping nya dengan percaya diri menirukan gerakan Mina dalam gerakan yang patah-patah.

Mina menghela nafas panjang sebelum memulai lagi gerakannya dari awal.

.....

Kembali ke kompleks tertutup Akayame.

Pada malam hari, dua orang berjalan perlahan melewati lorong berkelok-kelok yang seperti labirin. Satu tinggi satu pendek, berjalan beriringan tanpa satu percakapan pun.

Begitu di dalam mobil Ayato merasa tidak tahan dan melirik Nagato yang duduk di sebelahnya.

"Apakah tidak ada pakaian lain?. Ada banyak pakaian baru yang lebih baik dari itu."

Sebagai bagian dari keluarga kekaisaran, Ayato Mikasa terbiasa berpakaian rapi dan formal tanpa rasa memalukan sedikit pun. Membawa serta aura bangsawan di setiap inchi bagian tubuhnya.

Nagato tidak menoleh sedikitpun pada orang di sampingnya. "Ini milikku, jangan pernah berani menyentuhnya sedikitpun."

Nagato mengenakan jaket merah yang ujung lengannya sobek. Serat-serat benang merah bahkan kadang akan mengganggu gerakannya tapi meski begitu dia sama sekali tidak berniat menyingkirkannya bahkan malah selalu menyimpannya dalam lemari bagian dalam.

"Termasuk buku-buku bekas dan pensil warna kotor itu?."

Kali ini Nagato mengangkat matanya menghadap Ayato. "Jangan sekali-kali menyentuh barang-barang ku. Ini peringatan bagimu, Ayato-san."

Kesasar (MHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang