"Hei kalian juga harus menghormati pemilik rumah!." Iida menegur.
"Iida kau mulai lagi." Sero memutar matanya.
"Um, lagipula kakek tadi juga sudah mengijinkannya." Kaminari menambahi.
"Namanya Grand Torino, Kaminari-kun." Midoriya membenarkan sambil menghela nafas. Di sampingnya Bakugo memakan permen jeli.
"Itu untuk Nagato-kun." Todoroki merebutnya dengan tenang.
Bakugo baru mau membuka mulutnya tapi kemudian diam cemberut, lalu mengambil kue yang di bawa Sato. "Kau hanya membawa permen sebagai buah tangan?." Bakugo mencibirnya.
"Terserah aku mau membawa apa. Lagipula aku membeli ini dengan tanganku sendiri." Bakugo tersentak diam mengingat sandwich yang dia bawa merupakan buatan ibunya bukan tangannya sendiri.
"Kau cari mati?!." Bakugo berteriak.
"Bakugo-kun, kita tamu disini. Kau harus menjaga sikapmu!." Iida menegur tegas. Mereka lalu beradu mulut.
Ruangan itu terasa sangat ramai dan terasa sesak. Yah, lebih dari dua puluh orang datang secara bersamaan. Dan Nagato menatap keramaian itu dalam diam. Di tangannya masih ada buah peach pemberian Yaoyorozu tadi.
Suasana ini, benar-benar mengingatkannya pada tim basket dan semua suporternya. Ramai, ceria, dan penuh dengan orang-orang menyenangkan. Keadaan seperti ini terkadang bisa membuatnya lupa dengan trauma kematian ibunya.
"Nagato-kun," Seseorang menepuk bahunya menarik Nagato dari lamunan.
"Aku membawakanmu acar mentimun. Rasanya sangat asam. Aku sudah mencicipi satu di rumah. Aku pikir kau akan menyukainya." Ternyata Midoriya telah berpindah dari samping Bakugo ke sampingnya.
Nagato menerimanya. "Terimakasih."
"Bagaimana keadaanmu?. Apa masih tidak nyaman?." Nagato menggeleng. "Lebih baik."
"Syukurlah." Midoriya tertawa senang. "Maaf atas keributan ini. Mereka memang berisik jika berkumpul."
"Tidak apa-apa." Nagato tersenyum kecil. Seringkali dia memang senang menikmati kesendirian. Karena dengan begitu dia bisa menyesali semua hal buruk yang sudah dia lakukan sebelumnya. Tapi bukan berarti dia ingin terus tenggelam di dalamnya.
Ketika kesepian menjalar di dalam kesendiriannya. Dia berpikir jika hal ini merupakan pertobatannya. Dengan membiarkan penyesalan itu merayap sampai ke seluruh tubuh dan jiwanya.
Tapi melihat keceriaan yang dibawa orang-orang seperti ini benar-benar ampuh untuk menariknya keluar dari suasana hati suram.
"Kenapa kau begitu mengkhawatirkanku?. Memangnya apa pentingnya bagimu?." Nagato tiba-tiba bertanya.
Midoriya terdiam sejenak. Dia melihat teman-teman sekelasnya yang diam-diam menguping.
"Nagato-kun, tidak perlu suatu hal khusus untuk mendapat atau memberi perhatian. Bukan karena kau sedang sakit, bukan juga karena kau anak kecil. Tapi karena diriku sendiri."
"Itu karena aku, -kami peduli padamu." Midoriya tersenyum tulus.
Itulah senyum yang orang ini berikan pada Eri, Nagato bisa ingat itu. Senyum yang bisa meruntuhkan ketakutan gadis kecil itu. Dan benar-benar mampu membuat anak perempuan itu benar-benar percaya dan bergantung pada pahlawan. Dan Nagato melihatnya saat ini juga.
Entah mengapa, dia juga bisa merasakan ketulusannya, dan kepeduliannya. Sama seperti kasih sayang milik ibunya. Sejenak, kenangan selama hidupnya bersama ibunya terlintas dipikirannya. Pikirannya terasa kosong dan pandangannya mulai buram, kemudian air mata mengalir dari mata kanannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/239211641-288-k840359.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesasar (MHA)
FanfictionSeorang dari dunia nyata masuk ke dalam serial anime boku no hero academia. Wat de hel?! terdengar klise tapi begitulah kejadiannya. Terbangun dalam tubuh seorang anak kecil di dunia yang penuh dengan hero membuatnya terdiam. Hanya satu kata yang...