PK-3

4.9K 293 4
                                        

Bertemu lalu pergi, semoga kita bertemu lagi





"Kenapa gue harus kaya gini, gue benci nangis," lirih Bella terisak menangis sambil menendang batu kerikil kecil di jalanan.

Bella terduduk lemas di pinggir jalan dekat pohon besar. Banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang di sana, sehingga tangisan Bella pun tersamarkan oleh suara kendaraan yang berisik.

"Gue harus apa?" lirih Bella memeluk kedua kakinya dengan mata terpejam menunduk.

Tiba-tiba saja sebuah mobil hitam berhenti tepat di samping Bella. Sang pemilik mobil pun keluar dan langsung menghampirinya.

"Jangan sendirian di pinggir jalan, bahaya banyak penjahat berkeliaran." Wajah yang tampan dengan rambut yang sedikit berantakan juga postur tubuh tinggi seperti model profesional.

Bella mengangkat kepalanya, ia menengadah untuk mencari sumber suara. Bella kini bisa melihat dua bola mata cokelat yang sedang menatapnya. Mata itu indah membuat hati Bella merasa tenang saat menatapnya.

"S-siapa lo?" tanya Bella pelan.

"Lain kali kalo lagi ada masalah diem di tempat ramai, jangan sendirian di tempat gelap." Laki-laki itu memilih berjalan masuk kembali ke dalam mobilnya dan mengabaikan pertanyaan Bella.

"Tunggu-tunggu!" cegah Bella mengetuk kencang kaca jendela mobil pria itu.

Kaca jendela mobil pun perlahan diturunkan, di sana terpampang jelas wajah tampan lelaki itu yang terkena cahaya rembulan.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu dingin

"Lo peduli sama gue?" tanya Bella polos membuat laki-laki itu menaikan satu alisnya.

"Peduli?" Laki-laki itu tersenyum miring.

"Gue cuman mencegah adanya korban kejahatan juga kasian, kalo sampe tadi lo diculik di depan mobil gue, bakal ribet urusannya," ucap laki-laki itu jutek.

"Mana mungkin, pasti lo suka sama gue kan?" tanya Bella dengan raut wajah bersinar menampilkan senyuman.

"Dasar cewek aneh, minggir gue mau pulang, tau gini tadi gue biarin lo aja diem di sana." Laki-laki itu menepis kasar tangan Bella.

Seketika mobil hitam itupun melesat pergi meninggalkan dirinya sendiri, kini yang tersisa hanyalah bayangan wajah tampan pria tersebut.

"Masya Allah ganteng banget sih, kayanya cowok tadi jodoh gue deh," ucap Bella percaya diri.

"Ah rasanya beban pikiran gue hilang seketika pas liat mukanya."

"Aduh!" Bella kini menepuk jidatnya kencang.

"Gue gak tanya nama dia, nomor ponsel atau alamat rumahnya? Ahhh hilang sudah harapan gue!" ucap Bella panik.

°°°

Bella sudah kembali ke dalam rumahnya dengan kondisi rambut acak-acakan. Bukan hanya karena sedih tetapi dia juga prustasi karena tidak tau nama laki-laki yang baru saja dia temui. Pikirannya berusaha keras mencari cara agar ia bisa tau nama lelaki tadi. Tapi pertanyaannya bagaimana caranya.

"Bella pulang," ucap Bella lemas.

"Sayang kamu dari mana saja, mamah khawatir banget," tanya Tina memeriksa tubuh Bella dengan teliti.

"Bella capek mah mau istirahat dulu," pamit Bella letih berjalan menuju kamarnya.

Bella kemudian mulai membaringkan tubuh ke atas kasur. Pikirannya masih tertuju pada lelaki yang baru saja bertemu dengannya tadi. Lelaki yang sudah berhasil memikat hati Bella.

"Sayang banget gue gak tanya siapa nama dia."

Bella kini tidur terlentang dengan mata melihat lurus ke langit-langit atap kamarnya. "Coba aja kalo tadi gue minta nomor hpnya. Mungkin sekarang gue lagi telponan sama dia," teriak Bella menyembunyikan wajah di bawah permukaan bantal berwarna pink.

"Semoga aja, gue ketemu lagi sama cowok itu," ucap Bella penuh harap.

Drttt

Baru saja ia ingin memejamkan mata, tiba-tiba saja ponsel Bella bergetar hebat dengan malas ia langsung mengangkat panggilan itu yang ternyata dari Dela sahabatnya.

"Hallo? "

"Bella lo gak papa kan? Gue liat lo pergi dari rumah tadi," teriak seseorang dari seberang sana.

"Gak papa kok santai aja. Lo mau ke rumah gue ya? Sorry... gue gak liat lo tadi."

"Gak papa lagian gue ngerti kok, gue juga langsung pulang lagi tadi."

"Orang tua lo berantem lagi ya?"

"Biasalah males banget kalo bahas itu sekarang," keluh Bella.

"Yaudah sekarang lo istirahat yang banyak, besok kita ketemu di Kampus Bell, byeee."

Dela langsung menutup telephone sepihak. Dela adalah sahabat Bella dari sejak kecil, dia juga orang pertama yang selalu menjadi penyemangat Bella di saat ia sedang terpuruk karena masalah keluarga.

Bella mulai memejamkan matanya dengan cepat, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan.









Instagram @mayawd_08
Facebook @mayawldri

Jangan lupa vote dan coment

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang