Pk-10

2.8K 170 26
                                    

Izinkan aku bahagia Tuhan__Bella
•~•













🌕️🌕️🌕️


Berjalan pelan menyusuri jalanan, dengan kondisi tubuh basah. Rambut Bella berubah acak-acakan karena terkena hembusan angin yang lumayan kencang. Ditepisnya air mata yang kian lama semakin deras membasahi pipi. Bella sedang menangis.

"Ayo Bella, ini baru permulaan, lo harus kuat."

⚫️⚫️⚫️

Angga sedang duduk diam di kelas baru. Mendengarkan penjelasan dosen yang ada didepannya. Segurat rasa sesal ada di dalam lubuk hatinya.

Apa gue jahat? Argh enggak! Cewek tadi emang pantes diperlakuin kaya gitubatin Angga kesal.

Tek....Tek....

Angga terus saja menggoyang-goyangkan pulpen. Melamun dengan tatapan kosong ke arah depan. Bingung, memikirkan kejadian tadi, yang terus berputar di otaknya.

"Angga! Bisa tidak kamu diam," tegur Bu Rere selaku dosen yang sedang mengajar.

Angga terpaksa diam. Namun pikirannya masih saja asik berpikir keras. Rasanya, ada penyesalan tersembunyi di dalam hatinya.

•~•

Bella sudah sampai di depan rumahnya. Bersamaan dengan kejadian itu, sebuah mobil milik Deni Ayahnya, juga baru sampai di garasi mobil.

"Papah."

Bella berjalan menghampiri mobil Deni. Kalian tidak akan menyangka, jika yang keluar dari mobil itu, tidak hanya Deni saja. Melainkan bersamaan dengan keluarnya seorang wanita berpakaian seksi.

"Pah, dia siapa?" tanya Bella terkejut.

"Temen Papah," ucap Deni santai sambil merangkul wanita di sampingnya.

Teman? Pantaskah seorang teman mendapatkan rangkulan itu?

"Jangan bohong Pah!" ucap Bella meninggi.

"Oh, Bella tau. Ini selingkuhan Papa--"

Plak!

Belum selesai mengucap. Wajah Bella, ditampar kencang oleh Deni. Apa kalian tau, bagaimana rasanya di posisi saat itu?

"Jaga mulut kamu, kamu itu masih kecil. Jangan pernah berani urusin masalah Papah, kamu cukup nikmatin aja uang hasil kerja keras Papah!" bentak Deni .

Bella memegangi pipi kanannya. Hancur! Sangat hancur hatinya saat ini. Dengan berat hati, Bella memandang wajah Deni penuh luka.

"Kenapa Pah? Kenapa kaya gini... Papah berubah!" teriak Bella menggema. Dia berlari masuk ke dalam rumah, diiringi rasa sakit dalam hati.

Deni memandang tangan kanannya. Apa yang sudah dia lakukan? Dia menampar Bella? Menampar darah dagingnya sendiri.

"Mas ayo, katanya kamu mau ajak aku ke rumah kamu," rengek wanita yang ada di samping Deni, wanita itu bergelantung manja pada tangan Deni.

Deni menepis kasar tangan wanita itu. Dia kembali masuk ke dalam mobilnya, disusul oleh wanita itu. Deni meruntuki semua perilakunya terhadap Bella.

***

Brugh!

Bella menutup pintu kamarnya. Luka di hatinya bahkan belum sembuh total, masih ada retakan-retakan mendalam di sana, tapi kenapa sekarang harus datang lagi luka yang baru. Bahkan luka baru ini lebih menyakitkan dari sebelumnya.

"Arghhh... Gue benci rumah ini!" teriak Bella prustasi.

"Apa gue terlahir dengan garis takdir yang buruk? Kenapa takdir jahat sama gue," lirih Bella terisak menangis.

Prang!

Bella melempar barang yang ada di kamar. Sakit, sangat sakit. Bahkan ratusan gores luka di tanganpun tidak  dapat mengalahkan rasa sakit pada hatinya.

Bella tersenyum gentir."Tapi gue gak boleh jadi cewek pengecut kaya yang dibilang cowok itu, gue harus kuat lewatin ini."

Bella segera berjalan ke arah lemari pakaiannya. Mengambil beberapa kemeja dan jeans yang akan di kenakannya hari ini.

"Gue... hari ini gue bakal nginep di rumah Dela."

Bella memasukkan beberapa pakaian ganti ke dalam tas. Bella hanya ingin sedikit menenangkan pikiran. Bukan masalah besar kan, jika ia pergi sebentar dari rumah ini?

Sepuluh menit berlalu, Bellapun telah berganti pakaian. Dia bergegas pergi kembali meninggalkan rumah yang dipenuhi luka dan tangisan setiap harinya.

⚫️⚫️⚫️

"Duh Bella kemana... Dua puluh menit lagi kelas dimulai," ucap Dela panik.

"Hai."

Dela terlonjak kaget sambil mengelus dada. Bella sudah ada di samping dirinya. Sejak kapan?

"Lama banget, di rumah ada masalah?"

Bella sedikit cemas, jangan sampai Dela tau apa yang sedang ia alami. Bella dengan pelan berpura-pura menggaruk pipi kanannya sambil menoleh ke arah lain. Berniat menutupi wajah merah bekas tamparan.

"Gak kok, di jalan macet. He he," ucap Bella terkekeh.

"Bentar deh, kok Pipi lo merah." Dela menarik pipi Bella pelan, untuk memastikan apa pipi Bella benar merah, atau hanya perasaan Dela saja?

🌕️🌕️🌕️






































Bagaimana part ini?

Tertandai Myawd_013🌻

Follow Ig
@Myawd_013

⚪️⚪️⚪️

The next part➡️

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang