Pk-21

2.4K 137 8
                                    



"Akhirnya jadi," teriak Bella kegirangan.

Donat. Kue donat itu akhirnya jadi juga. Bella sengaja membuat kue donat, dia berencana akan membawanya ke kampus untuk di hadiahkan kepada Angga. Bukan... hari ini bukan hari ulang tahun Angga, Bella hanya ingin membawakan sesuatu untuk Angga, itu saja. Maka dari itu, Bella membuat kue donat, ya... walaupun butuh banyak waktu untuk membuat donat si kecil mungil itu.

Dari pukul 03:00 WIB - 05:00 WIB, hm... cukup lama, atau lama banget.

"Oke, gue harus bikin Angga bener-bener makan donat ini," ucap Bella senang.

Lihatlah, dapur yang tadinya rapih, barang tertata benar, sekarang bagaikan rumah bekas penculikan yang sangat berantakan. Bella sedikit mengeluh, dia tidak sadar bahwa dia sungguh sangat mengacaukan ruang dapurnya sekarang.

"Oke, gue harus beresin ini sendirian." Bella mulai membereskan barang-barang dan meletakkannya kembali di tempat semula mereka berasal.

🌑🌑🌑

Angga sedang mengganti pakaian menggunakan kemaja kotak-kotak, berbalut jeans berwarna biru dongker.

Tok....Tok....

Ketukan pintu dari luar sedikit membuat Angga kesal.

"Masuk," titah Angga tanpa mengetahui siapa orang yang mengetuk pintu tadi.

"Wah, anak Papah sudah tampan rupanya." Adi terkekeh memamerkan deretan giginya.

Angga menaikkan satu alis, heran saat ayahnya Adi tiba-tiba datang ke kamarnya.

"Pasti kamu bingung, kenapa Papah menghampiri kamu sekarang." Adi menepuk kecil bahu Angga.

"Kenapa?" tanya Angga dingin.

"Ayolah Angga, kamu sudah semakin besar sekarang. Apa kamu tidak ingin memiliki seorang ibu baru?"

Angga sedikit tertegun, kenapa pagi-pagi buta seperti ini ayahnya malah membuat Angga kesal.

"Angga gak butuh ibu baru! Papah tau itu," balas Angga datar.

"Tapi kamu perlu sosok ibu, kamu perlu kasih sayang seorang ibu." Adi mengelus punggung Angga.

"Cukup ya Pah! Angga udah bilang Angga gak mau ibu baru!" bentak Angga tersulut emosi.

Adi mengusap pelan mukanya, tidak tau lagi harus berbuat apa pada Angga. Harusnya Angga mengerti, dia sudah dewasa untuk mengerti hal semacam ini.

"Papah hanya ingin kamu bahagia, Papah ingin kamu merasakan pelukan seorang ibu lagi, Papah akan tunggu keputusan kamu." Adi berlalu dari hadapan Angga.

Angga kesal, dia mengepalkan kedua tangan. Sakit rasanya jika harus mengingat memori kenangan saat bersama ibunya.

Anak laki-laki berumur 5 tahun itu sedang bermain mainan kapal-kapalan, di temani oleh seorang wanita berambut panjang dengan paras wajah cantik bak cinderella.

"Mama," panggil Angga sambil berlari kecil ke arah Celi ibunya.

Brugh!

"Angga," teriak Celi cemas lalu berlari menghampiri putranya yang sudah terjatuh itu.

"Cakit... Mama cakit... lututnya beldalah," rengek Angga kesakitan.

"Cup-cup sayang, kamu jangan nangis yah, Mamah di sini kamu akan sembuh."

Mata Angga memanas, air matanya keluar dengan cukup banyak. Dia menangis, tangisan rindu yang di tunjukan untuk sang ibu.

"Mah... Angga terluka," lirih Angga sedih sambil memegang dadanya yang sesak.









































Bagaimana part ini?

Tertandai Myawd_013🌻

Follow Ig
@Myawd_013

⚪️⚪️⚪️

The next part➡️

Vote dan coment♡

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang