Bella masih terdiam di tempat tadi bagaikan patung mati. Ia sama sekali tidak bergerak sedikit pun.
"Gila ya lo! Halangin jalan orang kaya gitu," ucap Dela kesal.
"Lo lagi sakit Bella, masih sempet-sempetnya mikirin cowok," tambah Dela.
"Dia tuh jodoh gue. Liat tangan gue gak sakit lagi deh sumpah. Ternyata dia dokter cinta Dela," ucap Bella senang menggoyang-goyangkan badan Dela.
"B-bentar-bentar. Itu cowok yang lo temuin malam lalu?" tanya Dela memastikan.
Bella mengangguk cepat."Iya lah Del, kalo bukan mana mungkin gue halangin jalan cowok sembarangan," jawab Bella.
Dela hanya mengangguk pasrah. Sahabatnya ini memang sedikit gila, walau galak tapi dia sangat lembut dan sangat berjuang jika menyangkut apapun itu tentang seorang lelaki yang dia cinta. Apapun yang ia rasa pantas diperjuangkan dia akan melakukannya dengan serius tanpa main-main.
"Ayo Del kita harus kejar dia! Gue belum tau siapa namanya, atau berapa nomor hpnya."
Bella menarik paksa tangan Dela. Dela hanya pasrah mengikuti tingkah konyol sahabatnya. Banyak sorot mata yang memperhatikan mereka, namun siapa yang akan berani menegur dan bertanya pada Bella si preman kampus kecuali satu orang ini.
"Sadar lo itu jelek, miskin, bau, ihhh... gak banget deh, kalo misalnya lo masuk anggota geng kita."
Bella menghentikan langkah kakinya, dengan tangan berkacak pinggang dia berjalan ke arah wanita yang sedang menjambak rambut mahasiswi lain.
"Heh Dina, kenapa sih lo hobby banget bully orang?" Bella angkat bicara sambil membantu wanita yang menjadi korban bullying itu agar berdiri.
"Waw! Si preman kampus angkat bicara nih ya," ucap Dina si ratu bullying di Kampus Sinar Fazar ini.
"Gak usah ikut campur sama urusan orang. Apalagi ke dalam urusan gue," ucap Dina mendorong bahu Bella.
"Lo yang harusnya berhenti buat bikin gue terus menerus ikut campur sama dunia lo. Gue gak akan ikut campur, kalo lo gak terus-terusan bully orang lemah!" ucap Bella penuh emosi.
Dela diam, ia tidak ikut bicara karena dia pun pernah menjadi bahan bullyan Dina dan untungnya Bella menjadi penyelamat bagi Dela.
"Lo itu sok jagoan tau gak," cibir Dina kesal.
Brugh!
Dina mendorong Bella sampai wanita itu terbentur ke dinding dan tangannya mengenai vas bunga di dekat sana.
"Ups... sakit yah?" tanya Dina mengejek.
"Cabut yu guys. Preman Kampus so jagoan ini udah kalah, kita cabut aja."
Dina berjalan pergi dengan anggun. Tanpa memperdulikan Bella yang kesakitan karena tangannya tergores vas yang ada di sana. Akibatnya tangan yang sudah di perban kembali mengeluarkan darah merah yang segar.
"Bella maaf, gara-gara aku kamu ikut terluka," ucap wanita itu menundukkan kepala.
"Enggak, gue gak papa kok lo balik ke kelas aja, jangan khawatirin gue," ucap Bella tersenyum ramah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Novela JuvenilTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...