___o0o___Bella menatap calender kamarnya dengan kedua mata berbinar. Ini adalah hari, tanggal, juga waktu yang paling ia tunggu. Sesuatu hal yang ingin sekali ia rasakan bagaimana menjalanai hari itu. Hari ini, Bella pastikan bahwa semuanya akan berjalan lancar dan akan dipenuhi oleh kupu-kupu juga bunga sebagai lambang kebahagiaan dirinya juga dunianya.
"Gue bakal mulai rencananya," gumam Bella senang.
Bella merogoh Ponselnya. Menekan tombol panggilan dan menunggu seseorang menjawab panggilannya.
Saat panggilan tersambung. Bella dengan senang dan gembira langsung berteriak kegirangan.
"DELA! LO HARUS BANTUIN GUE!" teriak Bella girang.
"Bella! Gue gak budeg, kalo lo teriak kaya gini, bisa bisa gue budeg beneran," omel Dela dari seberang sana.
"Sorry. Tapi ini bukan waktunya lo ngomel. Entar, sepulang dari Kampus lo harus temenin gue ke suatu tempat oke," ucap Bella lagi-lagi kegirangan.
"Y-ya oke. Tapi kemana? Dan... Jangan bilang lo nagih traktiran dari gue? Gue lagi gak pegang uang Bell, baru aja gue abisin uang-"
"Stt! Ini bukan tentang itu. Tapi, nanti juga akan ada waktu di mana gue bakal tagih traktiran dari lo. Ini beda masalahnya. Pokoknya, nanti lo ikut aja oke! Bye, kita ketemu di Kampus oke!"
Bella mematikan sambungan telpone. Dia melompat-lompat kegirangan sampai akhirnya dia berhenti karena lelah.
"Huft... Oke Bella, jangan lupa muka datar lo," gumamnya pelan.
🌑🌑🌑
"Udah besar yah kamu. Gak nyangka, anak Papah udah segede gini." Adi memeluk tubuh Angga.
Angga terkekeh. Dia membalas pelukan ayahnya. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Sesuatu itu... Tentang ibunya. Entah kenapa, saat ini Angga sangat rindu ibunya.
"Oh ya, Mmm... Kamu gak keberatan, jika ulang tahunmu akan dirayakan oleh keluarga Delia? Papah tak punya cukup uang untuk merayakannya. Ini pun permintaan Delia sendiri," ucap Adi menampilkan raut wajah sedih dan rasa bersalah.
"Gak perlu lah Pah. Angga udah gede, ngapain dirayain sih," tolak Angga mentah-mentah. Kesal saat mendengar nama Delia disebut.
"Tapi nak. Jika kamu tak menurut, Delia bisa marah dan... Kamu tau, rumah ini akan menjadi...."
Angga mengusap kasar wajahnya. "Oke Pah. Tapi gak lebih dari rayain ulang tahun Angga. Dan oh ya Pah, diacara nanti, apa boleh, Angga berencana akan melamar seseorang?" tanya Angga dengan wajah semangat.
Adi terkejut mendengarnya. Ia ingin mengatakan sesuatu hal, namun bibirnya sangat keluh berbicara. Sampai akhirnya ia ingin berani berucap namun dipotong oleh Angga.
"Angga, Papah--"
"Eh, Ini kan hak Angga ya Pah? Kenapa Angga tanya Papah. Oke Pah, pulang Kampus nanti, Angga mau ke toko emas buat cari cincin. Doain Angga Pah, Angga ingin perjuangin cinta Angga."
Angga langsung berjalan setelah kembali memeluk Adi dengan raut wajah girang. Berjalan cepat saking senangnya dengan rencana yang sudah dengan matang ia pikirkan dari jauh-jauh hari sebelumnya.
***
Satu Kampus heboh akibat selembar kertas undangan ulang tahun yang Delia sebarkan. Rupanya gadis itu sangat antusias merayakan ulang tahun Angga sang mantan kekasihnya. Sampai hati ia rela menyebarkan undangan itu dengan raut wajah berbinar bahagia. Dibantu oleh siswi wanita yang sudah berteman baik dengan dirinya. Namanya Seli. Berteman dengan Delia harus memperhatikan 3 hal. Tampang wajah, kekayaan, juga stlye pakaian yang harus feminim dan setara dengan Delia sendiri. Dan Seli beruntung masuk dalam kategori teman yang layak dengan Delia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...