Pk-33

2.2K 136 8
                                    

"Mamah akan selalu bersama kamu Angga."

"Kita putus. Kita putus Angga."

Angga memejamkan mata dengan berat, ia menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Segera Angga menatap mata Bella dengan tatapan dingin andalannya. Kalimat ibunya dan sang mantan di masa lalu benar-benar membuat emosinya meningkat, mengingat kejadian itu sama seperti ia sedang mencabuti mawar berduri. Rasanya sakit.

"Gue balik dulu." Angga hendak berjalan melangkah pergi ke luar ruangan, dan berniat untuk meninggalkan Bella sendiri. Tapi, Bella mencegahnya.

"Tunggu Angga!" teriak Bella.

Angga menoleh, ditatapnya Bella dengan siratan mata dingin.

"Bella lagi nembak Angga loh, kok Angga main pergi aja? Jawaban untuk Bella apa?" Bella mencengkram kuat lengan Angga.

Angga mendekat, kembali duduk di kursi samping ranjang Bella. Menatap tajam wanita itu. Dan lalu ia melepas kasar genggaman tangan yang di berikan Bella kepadanya.

"Lo pede banget nembak gue."

Bella gelisah, detakan jantungnya berdebar lagi dengan kencang. Apa yang harus dia katakan, mulutnya sangat keluh menjawab ucapan Angga sekarang.

"Y-ya... harus dong, karena Bella yakin Angga akan mau jadi pacar Bella?" Bella menatap kedua bola mata lelaki itu dengan tatapan penuh harap.

"Yakin banget nembak gue? Harusnya lo inget, imajinasi lo itu gak akan pernah seindah kenyataan. Dan nyatanya, sekarang ini, gue gak mau jadi pacar lo. Gimana dong?!" ucap Angga penuh penekanan.

Hapus sudah harapan Bella, harapan iti kini menghilang seketika dalam sekejap mata. Tapi tidak, Bella tidak mau menyerah begitu saja, sudah terlanjur jauh dia berjuang untuk cintanya ini.

"Okeh gak papa, Bella bakal nembak Angga lain waktu lagi." Bella tersenyum ke arah angga, menampilkan senyuman paling manis namun dengan sejuta sedih yang ia  tutupi.

Angga mengangkat bahunya acuh. "Terserahlah, gue mau balik."

Angga berjalan pergi meninggalkan Bella. Wanita itu menatap sendu kepergian lelaki pujaan hatinya. Hati ini teriris di kala mendengar ucapan Angga yang cukup menusuk ke dalam hatinya.

"Tatapan Angga berbeda, matanya berkata iya, tapi mulut Angga berkata enggak. Gue yakin... ada sesuatu hal yang Angga tutupin dari gue," ucap Bella penuh keyakinan.

***
"Udah selesai Bell?" Dela datang lalu duduk di samping Bella.

"Lo ngomong apaan sama Angga tadi?" tanya Dela penasaran.

"Gue nembak Angga." Bella menundukkan kepalanya. Perasaan sedih, kembali menyelimuti hatinya.

"APA!" teriak Dela kaget.

"Woy ada apaan? Berisik banget anjir." Reno datang dengan sikap panik, menatap Bella dan Dela secara bergantian.

"Ekhem... gak ada kok, udah lo pergi aja sana," ucap Dela sambil mendorong tubuh Reno agar segera pergi.

"Iya elah bentar, Bell cepet ya si Devan udah nungguin tuh di parkiran. Kalo udah selesai ngerumpinya, lo panggil aja gue di depan." Reno pergi sambil melayangkan tatapan tajam kepada Dela.

Setelah Reno benar-benar keluar, Dela kembali melakukan aksinya. Mempertanyakan sebuah kebenaran dari Bella.

"Bella lo gak seriuskan? Lo gak bercanda aja kan? Pasti kepala lo kebentur lantai tadi, makannya lo bertingkah gila kaya gini."

"Apa sih Del, gue serius loh, tadi gue nembak Angga," ucap Bella percaya diri.

Dela menggelengkan kepalanya. Bella benar-benar sudah gila.

"Terus? Lo diterima?"

"E-enggak sih, tapi gue bakal coba nembak dia lagi kok, lo tenang aja."

Dela sungguh pusing, Bella sangatlah sudah tidak waras. Dia kini memegang bahu Bella kuat-kuat.

"Bella... udah, udah ya Bella. Sekali ditolak yaudah lo nyerah aja."

Bella menepis tangan Dela. Itu bukanlah prinsipnya.

"Dela, lo masih ingetkan sama prinsip gue? Gue gak bakal nyerah walaupun gue tumbang seratus bahkan seribu kali sekalipun, selagi gue mampu kenapa gue mau menyerah. Gue bakal terus berjuang pokoknya. Titik, gak ada koma."

Dela menghembuskan napas panjang. Jika sudah begini dia tidak bisa melawan apalagi menentang keputusan sahabatnya ini. "Oke, terserah lo aja, gue cuman gak mau lo terus-terusan sakit hati Bella."

"Gue kuat Del, ini resiko yang harus gue terima bukan? Setiap perjuangan pasti ada rintangan dan tantangan yang menghadang, rintangan dan tantangan gue sekarang adalah menyakinkan Angga, supaya dia yakin bahwa dia juga cinta sama gue."

"Woy udah belum anjim! cewek kalo ngerumpi se-abad baru kelar," teriak Reno kencang di ambang pintu.

"Iya-iya nih kelar. Cowok kalo liat cewek ngerumpi bawaannya sensi mulu," cibir Dela dengan tatapan tajam mengarah kepada Reno.

"Yeyeye... cepet Bell, si Devan udah marah-marah sama gue." Reno berjalan menghampiri Bella. Ingin menggendong wanita itu, namun tangannya dipukul kencang oleh Bella.

Plak!

"Modus ya lo! Gue bilangin Devan baru tau rasa lo," bentak Bella emosi.

"Eh mansur! gue disuruh Devan buat gendong lo sampe ke parkiran, orang pulangnya aja pake mobil gue juga." Reno menatap kesal Bella.

Bella hanya ber-oh, mau tak mau dia harus rela digendong oleh Reno. "Awas kalo lo modus."

"Enggak sayang."

Plak!

Bella menampar keras pipi lelaki itu lagi. Membuat Reno terkejut dan juga menahan sakit akibat tamparan keras itu.

"Gue sumpel pake sepatu mau?!" ucap Bella kesal.

"Iya dah iya, gue minta maaf. Ya ampun Bell... Badan lo berat banget sih," keluh Reno. Tapi di dalam hati ia bersorak girang karena dia berhasil menggendong wanita pujaan hatinya.

Bella memutar bola mata, meletakkan kedua tangan itu melingkar di leher Reno.

"Berasa jadi nyamuk gue," ucap Dela sebal. Dela hanya mengekor bagaikan nyamuk penganggu di belakang adegan romantis itu.

Angga tak sengaja melihat kejadian itu, dirinya acuh namun rasa kesal mampir di dalam hatinya.

Ting!

Pesan kembali datang dengan nomor yang sama, dan orang yang entah siapa Angga pun tidak tau. Angga segera membuka room chat tersebut.

+62831*** : Aku Delia Angga. Tuan putri lo udah balik ke Indonesia. Cepet pulang yah, aku rindu kamu. Salam sayang dari Delia. Mantan terindah kamu.

Angga mengepalkan tangan, entah kenapa saat ini dia merasakan sakit yang luar biasa di dalam hatinya. Angga memilih tidak membalas pesan dari mantan kekasihnya. Dia ingin segera beranjak dari tempat ini, dan bergegas pulang ke rumahnya.


•~•

20 menit berlalu, dan Angga pun sudah sampai di depan halaman rumah megah milik keluarganya.

Angga keluar dari dalam mobil dengan raut wajah lesu dan tatapan mata yang kosong dan juga dingin.

"ANGGA MY BABY!"

Bruk!

Angga tertegun sekaligus kaget. Wanita ini datang-datang langsung  menerjang dan memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Seperti enggan melepas walau satu detik sekalipun.

"Aku rindu."

Deg!


































Jangan lupa vote dan coment♡

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang