"Ya ampun Dela!" Bella menepuk jidatnya.
Bella melupakan Dela. Dia berjanji untuk pulang bersama Dela, tetapi sekarang Bella meninggalkannya.
"Maaf ya Dela, gue lupa," gumam Bella pelan.
Bella memicingkan kedua matanya. Orang itu? Benarkah dia Angga?
"Itukan Angga, wah gue harus ikutin dia. Gue harus cari tau di mana lokasi rumahnya."
"Pak ojek," teriak Bella sambil melambaikan tangan ke arah tukang ojek.
"Ikutin mobil merah di depan ya Pak," titah Bella gelisah.
Bella pun pergi dari tempat itu menggunakan ojek. Mengikuti mobil Angga yang ada di depannya.
🌑🌑🌑
"Stop-stop Pak, saya berhenti di sini aja." Bella memberikan helm kepada tukang ojek, dan selembar uang sebagai bayaran jasa ojeknya.
"Makasih Neng."
Bella mengangguk, lalu kedua bola matanya kembali dipokuskan kepada satu objek, yaitu Angga. Mobil lelaki itu sudah masuk ke dalam sebuah rumah mewah nan megah. Bella takjub melihatnya.
"Rumahnya besar banget, pantesan Angga ganteng. Skincarenya pasti jutaan. Eh, tapi Angga gak mungkin perawatan kaya gitu. Ganteng Angga itu pasti alami murni dari bayi mula."
Bella kembali pokus menatap Angga yang tengah mengeluarkan suatu barang dari dalam mobilnya.
"Angga, Bella di sini," lirih Bella pelan.
Bella teringat, kenapa dia tidak mengirim pesan saja pada Angga. Bella mengambil ponsel nya, lalu mengetikkan beberapa kata didalam pesan itu.
Bella. R : Angga udah sampe rumah ya? Wah, rumah Angga besar banget. Eh, jangan lupa istirahat ya Angga. Makan yang banyak juga biar gemuk. Gak papa gemuk, pasti enak di peluk😳
Bella. R : Eh, kok muka Angga marah gitu? Lagi kesel pasti yah? Kesel sama Bella, atau sama siapa?
Angga berdecak kesal. 2 pesan masuk dari WhatsAap sangat menganggu pikirannya. Emosi nya selalu memuncak jika mengingat gadis bernama Bella. Angga sudah membuka chat itu, dia bertambah marah.
Angga. A : Gila.
Angga. A : Murahan.
Angga. A : Bisa gak, lo diem dan gak usah gangguin gue!
Angga. A : Muak gue, liat muka dan tingkah murahan lo.
Bella tetap tersenyum, kenapa? Karena Angga membalas pesannya, ya walaupun isi balasan itu bukan pesan romantis, melainkan hujatan dan ungkapan benci Angga kepadanya, tapi Bella tetap menghargai itu.
"Gemes banget sih," ucap Bella tertawa kecil.
Bella memantau Angga dari balik pohon besar di dekat pagar rumah Angga. Terlihat Angga yang sedang menyenderkan punggung pada mobil merahnya.
"Tau aja gue kalo di sini, pasti dia gak mau cepet-cepet masuk karena ada gue yang lagi liatin. Ya ampun... kita emang sehati ya Angga." Bella terus tersenyum cerah menampilkan senyuman yang paling manis.
"Loh, kok masuk... ih nyebelin. Pemandangan indah jadi hilang dong."
Dengan cepat Bella kembali mengetikkan pesan pada Angga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Novela JuvenilTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...