Sepuluh menit itu, bagai waktu yang singkat untuk Angga sampai di kampusnya ini. Bella menggigit bagian bawah bibirnya, ada hal yang ingin dia tanyakan kepada Angga, dan ini sudah tidak bisa di tahan lebih lama lagi.
Bella keluar dari mobil mewah milik Angga. Banyak sorot mata yang memandang terkejut ke arah Bella dan Angga. Angga berjalan lebih dulu dari Bella, mengacuhkan gadis itu karena enggan sekalipun melihat wajahnya.
"Tunggu Angga! Angga belum kasih jawaban sama Bella," cegah Bella mencengkram kuat lengan Angga.
Angga mengusap kasar wajahnya. "Pertanyaan apa? Lo gak nanya apa-apa sama gue," bentak Angga.
Bella merinding, urat wajah Angga terlihat jelas di kedua mata Bella. Wajah Angga benar-benar menyeramkan sekarang ini.
"A-anu... i-itu... Angga kemarin ngikutin Bella?"
Angga tertegun, mendadak bisu dan tidak bisa menjawab. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Habis harga dirinya jika Bella sampai tau fakta yang sebenarnya.
"Kok gak dijawab? Angga bener ngikutin Bella sama Reno yah? Tapi kenapa?" Bella meneliti wajah tampan lelaki di hadapannya.
Bisikan orang-orang mulai terdengar masuk ke telinga kanan dan keluar telinga kiri Bella. Mereka sepertinya tengah membicarakan perihal kedekatan Angga dan Bella. Dan... soal pagi di mana sekarang Bella keluar dari mobil Angga.
"Mereka pacaran?"
"Gila sih, masa selera Angga gitu? Cewek tomboy. Cantikkan juga gue."
"Bella pacaran? Gue gak nyangka sih, selera tipe cowoknya tinggi juga. Tapi sayang, sikapnya kasar dan kejam, ih... Kalo gue sih ogah ya!"
Bella tak perduli, dia mengacuhkan bisikan dan cibiran yang di tujukan kepadanya maupun kepada Angga.
"Angga kok diem?"
Angga sedikit ragu, dia meninggalkan Bella dengan lelaki yang baru saja dia lihat. Belum tau asal usulnya dan bagaimana sikapnya. Angga hanya tau bahwa dia adalah murid baru di Kampusnya. Bagaimana jika dia orang jahat? Tapi... Angga akui bahwa dia sendiri saja tidak bisa di bilang sebagai orang baik juga. Angga bahkan sudah menyakiti hati Bella. Meski bukan fisik, tapi itu sudah terbilang perilaku jahat bukan? Bahkan lebih jahat.
"Gue gak boleh jadi laki-laki pengecut, gue harus pastiin dia pulang dengan selamat."
"Gue bukan suka, tapi ini rasa empati," Entahlah, Angga berbicara dengan siapa. Angga seperti berbicara pada hatinya, berkata bahwa ini bukanlah sebuah rasa cinta namun sebuah empati.
Angga mengemudikan mobil dengan kecepatan pelan. Berada tepat di belakang motor milik Reno. Angga melihat jelas wanita itu tengah duduk di belakang Reno, namun.... dia tidak berpegangan? Angga menahan kesal.
"Cewek gila. Kalo mati gimana?" geramnya emosi.
Angga terus pokus memperhatikan kendaraan yang sedang dia ikuti. Tepat di jarak yang lumayan dekat, Angga berhenti. Dia yakin kini dia tengah berada di halaman rumah Bella. Angga bisa melihat Bella turun dari motor milik Reno.
Angga mengepelkan tangannya. Emosi Angga memuncak di saat melihat lelaki yang bermana Reno itu mencengkram pergelangan tangan Bella. Angga pun tidak tau kenapa dia bisa se-emosi seperti ini.
"Gue patahin itu tangan," umpatnya kesal.
"Besok gue jemput yah? Titik gak pake koma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...