Pk-12

2.4K 157 3
                                    



Bella terus saja berjalan cepat tanpa memperdulikan teriakan dari Dela. Dia menatap malas jalanan yang dipenuhi pengendara motor dan mobil yang berlalu lalang. Tangan bersedekap dada sambil menunggu angkutan umum melewat. Bersamaan dengan itu, sebuah mobil hitam langsung mencuri perhatian Bella. Dia melihat Angga ada di dalamnya, namun sayang sekali, karena lelaki tampannya telah pergi bersama dengan mobil itu.

"Yah... baru juga liat muka dia, sayang banget. Kalo aja gue supermen, gue pasti bakal nempel tuh di atas mobil."

"Lo itu tuli, hah! gue teriakin dari tadi juga," tegur Dela kesal dengan nafas yang sudah tidak teratur.

"Udah lah ayo pulang, bete banget tau," keluh Bella.

🌑🌑🌑

Mobil hitam Angga kini terparkir rapih di garasi rumah megah. Ia keluar dengan raut wajah datar andalannya. Terlihat dari kejauhan, Adi melambaikan tangan ke arah Angga. Namun Angga tetap lah Angga, dia akan mengacuhkan sang Ayah.

Angga berjalan santai menaiki tangga. Adi berjalan pelan menghampiri putranya, terlihat aura bahagia yang terpancar dari wajah Adi.

"Angga, papah mau memperkenalkan seseorang kepada kamu," ucap Adi dengan senyuman bahagia dia pancarkan.

"Siapa?" tanya Angga dingin dengan memasang wajah datar.

"Calon Ibu--"

"Angga udah bilang kan pah, Angga gak mau punya Ibu baru! Berapa kali sih Angga harus bicarain ini semua sama Papah. Kalo Papah tetep mau nikah sama perempuan itu, Angga lebih baik MATI!" bentak Angga emosi sambil menekankan kata Mati.

Adi sedikit terkejut. Bukan biasa jika Angga menolak bertemu dengan calon ibu barunya. Namun di saat Angga berkata ingin mati? Adi sangat terkejut karena itu.

Angga berlalu dari hadapan Adi, berjalan menuruni anak tangga untuk meninggalkan rumah lagi.

"Angga! Kamu mau kemana?" teriak Adi cemas.

***

Bugh!

Angga masuk ke dalam mobil lalu membanting stir menggunakan tangannya. Lalu, mobil hitam yang Angga kendarai pun bergerak pergi menjauhi halaman rumah.

"Kapan kamu akan mengerti Angga," lirih Adi bersedih.

🌑🌑🌑

Malam indah dengan suasana sunyi, membuat Bella merasa lebih tenang dan damai lagi. Dibawah sinar rembulan yang terang, dia menempelkan dagu pada lututnya. Duduk di jendela kaca kamar milik Dela.

Drt....Drt....

Bella mendengus kesal."Siapa sih, gak bisa apa, satu hari aja gue bisa jalanin hari ini dengan damai."

Terpampang jelas nama penelpone di layar ponsel milik Bella.

Mamah❤

Bella menghembuskan nafas panjang, ia dengan malas menggeser tombol hijau untuk menyambungkan telpone.

"Bella sayang, kamu kenapa gak pulang? Kamu di mana nak? Mamah khawatir sama kamu, ini sudah jam sembilan malam, dan kamu belum juga pulang."

Terdengar betapa khawatirnya Tina di seberang sana, namun Bella bersikap biasa saja. Ia melakukannya, karena dia ingin merasakan damai sekali saja. Di mana saat malam hari hanya ada kesunyian yang menemani tanpa mendengar keributan lagi. Tidur nyenyak tanpa merasakan sesak yang menusuk di hati.

"Bella di rumah Dela, Mamah gak usah khawatir, Bella bisa jaga diri."

"Tapi Mam--"

"Bella udah besar Mah, Bella ingin kedamaian walau hanya sesaat, biarin Bella di sini untuk sementara," ucap Bella memotong ucapan Tina, dengan menahan air mata agar tidak jatuh kepermukaan pipi.

"Maaf sayang."

Terdengar suara Tina dipenuhi oleh rasa penyesalan. Bella rasanya ingin menangis saja di pelukan sang ibu. Meluapkan sesak yang Bella alami dalam menjalani hari tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bella tidak membenci mereka, Bella hanya menyayangkan waktu yang terbuang dengan sia-sia. Bella belum mengisi lembar kehidupan bersama mereka berdua, seperti menjalani hari dengan di penuhi kasih sayang dari kedua belah pihak. Dia sangat ingin merasakan itu semua.

"Udah ya Mah, Bella cape, Mamah jangan lupa jaga kesehatan yah."

Trt....Trt....

Bella memutuskan sambungan telpone sepihak. Rasa sesak di dada sudah tidak bisa ia tahan lagi, dan pada akhirnya air mata itu pun turun membasahi kedua pipi merah milik Bella. Bayangkan saja, menangis di bawah sinar bulan dengan ditemani gemerlap bintang dan juga hembusan angin malam yang semakin terasa jelas oleh tubuh Bella, membuat isak tangisnya terdengar semakin menjadi-jadi. Siapapun orang yang mendengarnya, pasti akan merasakan sakit yang sama.

"Mah, Pah, kapan? Kapan Bella bisa rasain pelukan hangat dari kalian. Kapan Bella bisa merasakan kasih sayang dari kalian, Bella gak butuh uang Papah. Bella hanya butuh perhatian, udah itu aja." Bella kembali terisak menangis meluapkan rasa perih yang kian terasa semakin sakit di dalam hatinya.






















Bagaimana part ini?

Tertandai Myawd_013🌻

Follow Ig
@Myawd_013

⚪️⚪️⚪️

The next part➡️

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang