Pk-57

2K 106 11
                                    

Teka-teki itu sangatlah mudah dipecahkan.
Namun, cara jalan menemukannya Yang agak menyulitkan.
•~•









🌕️🌕️🌕️


"Aku mau, malam ini special buat kita. Gak ada yang ganggu. Kamu harus turutin mau aku. Kalo enggak, Bella bakalan aku sakitin," ucap Delia tersenyum manis ke arah Angga.

"Termasuk ponsel kamu aku sita," tambah Delia mengambil paksa ponsel Angga.

"Apaan si. Jangan kaya anak kecil. Balikin hp gue!" geram Angga menatap Delia dengan sorot mata tajam.

"Aku udah minta. Kamu harus turutin semua mau aku. Gak mau kan, kalo rumah bekas Mamah kamu itu sama keluarga aku disita dan dijual? Hutang Om Adi ke Ayah aku itu banyak loh. Sanggup bayar emang?" tanya Delia tertawa sumbang.

"Ini bukan soal utang. Gue bisa aja bayarin semua utang Bokap gue. Tapi, lo dengan enaknya libatan Bella dalam masalah kita," balas Angga geram.

"Bella itu masalah terbesar kamu, iya kan? Jelas aku bakal libatin dia dalam masalah ini. Karena sekarang bucinnya Angga itu Bella. Bukan lagi Delia, ha ha... Kok kamu bisa cepet move on sih dari aku. Padahal, dibandingkan dengan Bella, aku jelas lebih sempurna. Aku perpect," ucap Delia mengelus pelan pipi Angga.

"Gue gak butuh yang sempurna. Gue butuh cinta yang tulus," balas Angga datar dan dingin.

"Kamu raguin cinta aku? Aku jelas lebih cinta sama kamu."

"Lo cuman terobsesi. Terobsesi ingin menjadi yang paling perpect, paling sempurna. Dan ingin mendapat apa yang lo mau dengan mudah. Lo buang barang yang udah di rasa bosan, dan dengan gampangnya lo pungut lagi barang itu. Lo permainin perasaan orang namanya," ucap Angga menusuk telinga Delia.

Delia bungkam. Benar, dulu... Dia menyia-nyiakan Angga. Kepergiannya ke luar negeri bersama kedua orang tuanya sebenarnya murni keinginan Delia sendiri. Dengan tujuan, ia ingin mencari kehidupan baru dan ingin terlepas dari sosok Angga yang sudah di rasa membosankan untuk Delia, Delia ingin berbaur dengan orang baru. Mempunyai pemikiran bahwa, pasti dirinya akan bahagia jika hidup di negara baru, di lingkungan baru, bersama orang dan teman baru, juga pacar dan pendamping baru. Tetapi, nyatanya sulit, sesak, dan sangat menyakitkan. Apalagi, kisah cintanya di sana tak seindah yang dibayangkan Delia. Delia di selingkuhi oleh pacarnya di Amerika, saat itu juga Delia berpikir apakah ini karma? Dan saat itu, pikirannya tertuju pada Angga. Delia pikir, dengan Delia pulang ke Indonesia, maka hubungan Delia dengan Angga akan membaik seperti semula.

"Aku mau kita kaya dulu, Angga," ujar Delia pelan.

"Gak ada yang bakal berubah Delia. Lo sama gue gak bisa bersama lagi. Cukup, jangan bersikap kaya anak kecil," ucap Angga dingin.

Angga meraih ponselnya. Namun kalah cepat saat Delia memasukkan ponsel itu ke dalam tas slempang milik Delia. Jelas Angga tak bisa merebut lagi ponsel itu.

"Gak! Malam ini hanya akan ada kamu dan aku. Gak ada Bella," ucap Delia penuh penekanan.

Makan malam di gelar di sebuah restoran modern dengan fasilitas mewah dan berkelas. Suasana sangat damai dan mendamaikan. Namun tidak bagi suasana hati Angga. Entah kenapa, jantungnya berdetak kencang dan ulu hatinya sedikit merasakan sakit nyeri. Angga tidak tau ini pertanda buruk atau baik. Tetapi, pikirannya tertuju pada satu nama. Bella. Wanita itu membuat Angga merasa gelisah dan panik.

***

"Mana ponsel gue?" tanya Angga pada Delia yang hendak keluar dari mobil miliknya.

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang