Bella telah selesai dengan segala urusan Kampusnya. Ia telah berada di pinggir jalan raya untuk menghentikkan angkutan umum yang akan membawanya pergi ke kediamannya. Dela sudah pulang lebih dulu, ia ada janji dengan ibunya. Jadilah Bella harus pulang sendiri sambil membawa belanjaan berat itu.
Tin....Tin....
Suara clakson mobil membuat pokus Bella teralihkan tepat pada mobil tersebut. Dan seseorangpun keluar dari dalam mobil itu. Ternyata itu Reno. Lagi pula, seharian ini di Kampus ia tak melihat Reno. Baru sekarang Bella melihat Reno lagi.
"Hi Bell."
"Oh, hi Ren. Dari mana?" tanya Bella menampilkan wajah ceria.
"Dari depan. Beli minum. Lo sendiri? Mau kemana? Bawa barang banyak gitu lagi."
"Oh. Gue mau pulang, nungguin angkutan umum."
"Bareng gue aja. Ayo."
Bella mengangguk matang. Dia tak akan menyia-nyiakan tawaran gratis ini. Lagi pula, hanya tumpangan kan? Tak akan ada yang marah juga jika ia ikut pulang bersama Reno. Eh, tunggu... Angga... Ah sudahlah. Lagi pula, Angga mungkin sudah pulang lebih dulu.
***
"Thanks, ya Ren. Mau mampir dulu gak?" tanya Bella saat hendak keluar mobil.
"Enggak deh. Gue mau beli makanan dulu buat nyokap. Lain kali aja," balas Reno tersenyum manis sambil tangannya terulur mengusak puncak rambut Bella.
"Em... Yaudah deh. Makasih ya sekali lagi. Bye, gue duluan masuk."
Reno mengangguk. Setelah Bella turun dari mobil. Dia langsung menancap gas dan cepat pergi dari halaman rumah Bella.
Bella memasuki rumah besar itu. Rupanya, dari tadi Nisa memerhatikan gerak-gerik Bella. Lihat saja, buktinya kini dia sedang berdiri di depan pintu utama sambil melirik ke arah Bella.
"Kamu itu lelet banget. Udah tau di rumah gak ada pembantu. Harus saya juga yang masak. Ini diminta belanja malah pacaran dulu. Dasar emang, kamu itu gak tau diri banget!" cibir Nisa merebut paksa kantung plastik itu dari tangan Bella.
"Maaf Mah. Bella gak pacaran kok. Tadi Bell--"
"Ahh... Sudah! Banyak alasan. Cepat ke kamar. Sepupu kamu Dev ada di sana. Lain kali, bilangin sama sepupu kamu biar tau arti sopan santun. Jangan main nyelonong masuk rumah orang. Udah sana pergi!" usir Nisa mendorong bahu Bella.
Bella hanya menghembuskan napas pelan menanggapi sikap kasar ibu tirinya itu. Memang benar-benar seperti dongeng putri cinderella saja hidupnya ini. Disiksa keras oleh ibu tiri yang bisanya hanya bisa menyuruh dan mengomelinya saja setiap hari. Sudah lah. Memang ini hidup, pahit dan manisnya kejadian harus tetap ikhlas dirasakan.
***
"Hi Dev, udah lama?"Bella duduk di samping Devan yang kini sedang memegang kertas teka teki peninggalan ibunya Tina itu. Devan terlihat sangat serius meneliti setiap huruf.
"Serius banget? Emang udah tau ya, arti aksaranya?" tanya Bella ikut meneliti huruf tersebut.
"Udah," jawab Devan melirik ke arah Bella.
"Seriusan. Wah hebat dong, apa isi suratnya?" tanya Bella berbinar dan mulai panik.
"Bentar. Gue pastiin dulu. Bener gak ini jawabannya," jawab Devan serius sambik melirik ke arah handpone yang ada di genggaman tangan kanannya. Rupanya, Dev sedang masuk ke halaman gogle. Lalu matanya kembali meneliti aksara jawa di kertas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Novela JuvenilTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...