Izinkan aku bahagia Tuhan__Bella
•~•
🌕️🌕️🌕️
"Hi, kenalin gue Bella, calon pacar Angga."
Angga dan Delia terkejut dengan kehadiran Bella yang di bilang sangat tiba-tiba. Angga pun membulatkan matanya di kala mendengar tutur kata Bella.
"APA! CALON PACAR?" teriak Delia terkejut.
"Kenapa? Kok keliatan kaget gitu?" tanya Bella sambil tersenyum jahil.
"G-gak kok, apaan sih ya gak papa lah," elak Delia dengan tangan bersedekap dada.
"Bener dia calon pacar kamu Angga?" tanya Delia melirik ke arah Angga untuk memastikan.
"Bener kok, kamu sendiri siapanya Angga? Oh aku tau, kamu cewek yang udah nyakitin Angga kan? Cewek jahat yang berani pecahin hati Angga jadi kepingan kecil. Kok Angga mau-maunya sih sama cewek kaya kam--"
Plak!
Satu tamparan lolos di pipi mulus milik Bella. Terkejut bukan main saat Bella tau siapa pelaku yang sudah menamparnya. Pelaku itu adalah Angga, lelaki sang pujaan hatinya sendiri.
"Jaga mulut lo, dia cewek baik-baik, bukan cewek murahan kaya lo. Dan asal lo tau, lo udah kelewat batas karena lo udah ganggu kehidupan privasi gue!"
"A-angga...." Bella menatap sedih Angga.
"Angga tampar Bella? Tapi... Kenapa?" tanya Bella tak percaya sambil ia memegang pipinya yang merah akibat bekas tamparan Angga.
"Gue yang harusnya nanya sama lo, kenapa lo bisa ada di rumah gue! Ngapain hah!" bentak Angga emosi.
"B-bella hanya ingin ketemu Angga, Bella hanya ingin itu. Bella juga bicara yang sebenarnya kan, Angga udah disakitin sama dia kan!" tanya Bella dengan suara gemetar.
"Bukan urusan lo, tentang gue udah disakitin sama siapa atau karena apa. Gue minta sekarang lo pergi dari rumah gue! pergi!" bentaknya lagi
"Angga tapi--"
"Gue hanya cinta sama Delia, gue cinta sama dia, inget itu. Simpan di otak lo!" ucap Angga dengan senyuman miring, lalu berjalan pergi menjauhi Bella.
"Enggak Angga kembali, Angga gak boleh pergi, kembali Angga!" Bella menarik tangan Angga, menahan lengan kekar itu agar tidak pergi jauh darinya.
"Lepasin, dia cowok gue!" bentak Delia.
"ENGGAK ANGGA KEMBALI, ANGGA GAK BOLEH PERGI ANGGA!"
***
"Bella bangun sayang, kamu kenapa? Angga siapa? Kenapa kamu terus menyebut nama dia?" Tina terus menepuk pelan pipi putrinya, cemas dan khawatir melanda Tina saat ia mendengar teriakan kencang dari dalam kamar Bella. Ternyata Bella sudah tidur, tapi sepertinya dia sedang mengigau sekarang ini, entah bermimpi buruk atau apa, yang jelas Tina sangat khawatir dan cemas.
"ANGGA!" teriak Bella kencang sambil bangun dari tidur karena saking terkejutnya.
Apa? Jadi semua itu hanya mimpi semata? Tapi kenapa seolah itu nyata, kenapa seperti kejadian nyata. Bella sangat takut jika Angga benar-benar pergi, dan... Bella lebih takut jika benar wanita itu adalah pacar Angga.
"Bella, kamu gak papa kan sayang?" tanya Tina memastikan.
"Nih minum, suara lo kaya toa, gue aja sampe kebangun," ucap Devan menyodorkan segelas air putih kepada Bella.
"Makasih Dev." Bella meminum air itu sampai habis tak tersisa, rasa takutnya masih belum hilang dari pikirannya.
"Lo mimpi apaan dah? Sampe gak mau si Angga pergi? Emang itu anak ceritanya diculik ya di mimpi lo?" tanya Devan penasaran dan heran.
"Dev sudah, biarkan Bella istirahat, kamu juga sebaiknya istirahat saja, besok kalian kan harus kembali masuk Kampus," ucap Tina lembut.
Devan mengangguk, dia berlalu dari kamar Bella. Kembali tidur ke dalam kamar yang di penuhi dengan aroma wangi parfum khas miliknya.
"Kamu tidur lagi yah, tapi kamu belum makan, ini juga baru jam delapan malam, kalo kamu lapar tinggal ke bawah aja ya, Mamah udah siapin di meja makan," ucap Tina mengelus rambut Bella.
Apah? Baru jam delapan malam? Bella pikir sudah sangat larut malam, berarti Bella tidur dari tadi sore? Hm... entahlah Bella sangat lupa waktu, Bella masih gemetar akan mimpinya yang tadi. Apalagi sebuah mimpi di mana Angga seolah menamparnya, rasa sakitnya sampai nyata hadir ke dalam hatinya. Walau sakit di fisik tidak ada, tapi rasa sakit di hatinya bagaikan nyata.
"Enggak Mah, Bella gak lapar kok, Bella mau lanjut tidur aja, Mamah juga lanjutin tidur nya yah. Maaf karena Bella ganggu Mamah, dan juga bikin Mamah khawatir," ucap Bella menyesal.
"Gak apa, Mamah pergi dulu ya sayang, jangan lupa kalo mau tidur itu baca do'a dulu, supaya kamu terjaga dari mimpi buruk kaya tadi."
Cup!
Tina mengecup sekilas kening putrinya, lalu ia beranjak pergi meninggalkan kamar Bella. Menyisakan Bella yang sedang melamun memikirkan mimpi yang baru saja terjadi.
"Gue harus telpone Angga, pasti Angga belum tidur."
Bella mengambil ponselnya, menekan tombol panggil untuk menghubungi Angga.
Maaf nomor yang ada hubungi sedang sibuk.
Bella mengerutkan keningnya, tumben nomor Angga sibuk? Apa Angga sedang telponan dengan seseorang? Tapi siapa?
Bella mencoba menghubungi Angga lagi, namun nihil, nomor Angga terus saja susah dihubungi. Nomor Angga terus sibuk. Baiklah Bella menyerah, tapi kali ini saja, karena Bella benar-benar mengantuk ingin tidur. Tidak lupa sebelum tidur dia sempatkan untuk membaca do'a agar terjaga dari mimpi buruk seperti sebelumnya.
•~•
"Yaudah gih kamu tidur, besok kamu ke Kampus kan? Biar aku jemput."
"Oke, bye Angga, aku tidur dulu."
Trt....Trt....
Setelah Delia mematikan sambungan telpone. Angga melamun, dia memikirkan wanita yang sejak siang tadi tidak ia temui bahkan dia tidak melihat wajahnya sama sekali. Apa dugaannya benar, gadis itu masih sakit? Apa dia baik-baik saja?
"Dia masih sakit?" lirih Angga penasaran.
Baik. Tidak ada angin atau pun hujan, tetapi Angga dengan niatnya ingin menelpone Bella. Segurat rasa khawatir terus saja hadir di dalam diri dan pikiran Angga. Dia merasa tidak tenang jika dia belum bisa mendengar kabar dari wanita itu.
Drt....Drt....
Kenapa panggilan dari Angga tak kunjung Bella angkat. Apa wanita itu sudah tidur? Angga sangat geram di buatnya.
"Ah bodo! lagian ngapain juga gue khawatir sama dia," ucap Angga tak percaya dengan apa yang barusan dia lakukan itu.
Baik. Sekarang Angga memilih untuk tidur, memejamkan mata untuk menghapus semua lelahnya di dunia.
Jangan lupa vote dan coment♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...