Pk-29

2.1K 131 11
                                    



"Bella tau kok mah, Bella gak bisa egois hanya karena masalah ini. Bella tau mamah sama papah lebih tau dengan apa yang akan terjadi di masa depan, kalian memikirkan Bella, kalian ingin Bella bahagia kan? Bella sayang kalian."

"Makasih sayang, Mamah janji mamah akan selalu sayang sama kamu."

Bella melepaskan pelukannya, tersenyum manis ke arah Tina dengan air mata yang mulai memanas karena haru.

"Mah," panggil Bella pelan.

"Iya sayang kenapa? Kamu mau apa?"

"B-bella ada satu permintaan, Bella ingin... besok, kita makan malam untuk yang terakhir kalinya," Bella menatap lekat pada kedua bola mata Tina, memohon agar keinginannya di kabulkan.

"Tentu sayang, besok kita makan di luar." Tina mengusap lembut pipi Bella.

🌑🌑🌑

Angga keluar dari mobilnya, wajah pucat dengan keringat dingin bercucuran di keningnya.

"Gue ceroboh."

"Dari mana kamu?" tanya Adi heran.

"Cari angin," jawab Angga dingin.

Adi terkekeh. "Melindungi wanita itu adalah sikap seorang kesatria, kenapa kamu menutupinya?"

Angga membulatkan mata, kenapa ayahnya bisa tau. "Wanita siapa? Angga gak lindungin siapa-siapa Pah," ucap Angga berbohong.

"Sudah lah, masuk sana, besok jangan sampai terlambat ngampus." Adi menepuk kecil bahu Angga.

Angga mengangguk, dia berjalan masuk ke dalam rumah. Berjalan cepat menaiki anak tangga dan langsung menuju kamar miliknya.

Ting!

Hendak membaringkan tubuh nya, namun sebuah pesan masuk kedalam ponsel nya. Angga berpikir itu adalah Bella. Tapi....

Nomor tidak dikenal terpampang jelas di layar ponselnya.

+62895*** : Kamu masih ingat aku? Tunggu aku, tinggal beberapa hari lagi.

Angga mengerutkan kening, bukan Bella ternyata, lalu siapa? Siapa yang akan datang. Kepada siapa Angga harus menunggu, siapa orang yang harus Angga tunggu? Angga tidak membalas, dia terlalu lelah hari ini. Memilih memejamkan mata, dan terlelap tidur untuk beristirahat.

•~•

Tin....Tin....

Bella mengerutkan kening, suara kendaraan siapa itu? Asal suaranya tepat di depan halaman rumah Bella.

"Siapa Bella? Itu teman kamu?" tanya Tina tersenyum.

Bella menggelengkan kepala tak tau. "Bella gak tau Mah, kayanya Bella gak punya janji sama siapa-siapa deh hari ini."

Tina hanya mengangguk, tersenyum dan mengelus lembut rambut Bella. "Temui dulu, siapa tau temen kamu."

Bella mengangguk, dia berjalan pelan ke arah pintu utama.

Deg!

Jantung nya berdetak dua kali lebih cepat. Hembusan napas nya terasa terhenti di kala melihat mobil merah terparkir jelas di depan rumahnya. Ini kendaraan Angga? Ini milik Angga? Bella yakin akan hal itu.

Bella berlari cepat menghampiri mobil itu. Diambang pintu, Bella menunggu kaca jendela dibuka untuk nya. Perlahan jendela itu terbuka, memperlihatkan wajah tampan milik Angga yang membuat Bella mematung takjub terpesona.

"A-angga? Di sini? Jemput Bella? Benarkah?" tanya Bella tak percaya.

Lelaki itu menatap jijik wanita di hadapannya. "Gue di suruh bokap. Ini awal dan akhir gue bantuin lo, setelah hari ini gak ada Angga yang bakal jemput cewek murahan kaya lo."

Bella tertegun haru. Hatinya senang. Walau bukan tulus dari hati Angga, Bella sudah sangat bahagia karena bisa di jemput Angga seperti ini.

"Gak percaya? Dengerin suara ini."

"Bella, ini om Adi, kamu berangkat bareng sama Angga ya nak, ini permintaan om, sekaligus permintaan maaf Angga karena semalam dia tidak mengantar kamu pulang."

Audio itu Bella dengarkan dengan baik-baik. Kalimat di dalamnya sangat mudah untuk di pahami namun tidak untuk Bella. Pikirannya hanya pokus mendengar nama Angga saja disebut di dalam rekaman audio itu. Bella benar-benar tidak peduli dengan yang lainnya.

"Yaudah yu. Eh tunggu, Bella pamitan dulu sama Ibu Bella. Angga mau ikut masuk?" tanya Bella antusias.

"Gak usah, titip salam aja. Jangan lama, gue gak suka nunggu," ucap Angga penuh penekanan dan keseriusan.

Bella mengangguk, dia segera berjalan ke dalam dan langsung menghampiri Tina. Raut wajahnya sangat bahagia.

"Kok senyum-senyum sih? Kenapa?" tanya Tina terkekeh.

"Mah, aku pamit pergi yah, udah ada yang jemput soalnya. Oh ya... dapat salam dari temen Bella, dia gak bisa masuk soalnya gak ada waktu. Bella pamit, dah mah."

Tina hanya mengangguk, senang rasa nya melihat pancaran cahaya indah yang di tunjukan dari wajah putri nya. Tina bahagia jika melihat Bella juga bahagia.

🌑🌑🌑

Selama di perjalanan, Bella tak henti-hentinya mengoceh. Membuat Angga kesal karena suaranya yang nyaring sangat mengganggu indra pendengaran.

"Diem kek! Dari tadi ngoceh mulu, kalo gak bisa diem mending lo turun!" bentak Angga emosi.

Bella menciut, dia hanya ingin mencairkan suasana supaya tidak ada kesunyian di antara Bella dan Angga. Apa dia salah?

"Angga? Bella ingin tanya sesuatu sama Angga?"

"To the point. Kalo gak penting mending diem gak usah ngomong."

Bella mendengus kesal, belum juga bertanya tapi Angga sudah berbicara seenaknya.

"Kemarin Angga ikutin Bella yah? Ngaku aja deh."

Bella bertanya sambil mendekatkan wajahnya dengan wajah Angga. Membuat konsentrasi Angga goyah dan keseimbangan mulai terganggu.

Ckit!
Dug!

"Aw, Angga!" Kening Bella terbentur, Angga sangat mendadak menghentikkan mobil.

"Lo ganggu tau gak! Gue bilang kalo gak penting gak usah ngomong. Kenapa dilanjut hah!" Angga membentak Bella sambil memukul stir mobil, Bella menjadi merinding takut karenanya.

"B-bella cuman nanya, kok Angga marah sih?"

"Gue lagi nyetir, ngapain lo nyosor deketin wajah lo ke gue? Kalo ngomong, ngomong aja gak usah banyak tingkah!" bentak Angga untuk yang kesekian kalinya.

Bella mengangguk, dia memilih diam dari pada terus-terusan dibentak oleh Angga. "Maaf."

"Setelah ini lo diem! Gue gak mau denger lo ngomong apapun lagi." Ucap Angga kesal.

"I-iya, Bella minta maaf."

Angga menghembuskan nafas kasar, dia kembali mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Bella hanya diam membisu sambil memegang erat tas yang ada di pangkuannya.
















Jangan lupa vote dan coment♡

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang