Sakit di fisik mungkin akan membekas, tapi sakit di hati juga sama-sama akan ada bekasnya.
“Jika bisa dua-duanya kenapa cuman satu?"
Bella membuka matanya dengan perlahan dengan pertahan tubuh yang berusaha bangun dari tidurnya. Sekarang rasa sakit di tangannya mulai terasa perih.
"Arghh...." Terasa amat sangat ngilu di bagian pergelangan tangannya, darah kering kini mulai kembali membasah saat Bella menggerakan tangannya.
Bella tersenyum gentir. Kini kamarnya berubah bagaikan rumah bekas perampokam. Semuanya terlihat berantakan dimulai dari serpihan kaca, serta barang-barang yang berantakan tidak teratur di mana- mana membuat penampakan kamar menjadi menyeramkan.
"Gue lupa sekarang ada kelas pagi," ucap Bella panik.
Bella berjalan dengan sangat hati-hati ke arah kamar mandi. Dia harus cepat membersihkan tubuh dan membilas bekas darah yang menempel di tangannya.
Drtttt Drtttt
"Bentar ya Del gue belum siap, nanti kita ketemu di kampus aja yah byeee."
Bella memutuskan panggilan secara sepihak. Kemudian dia bergegas berganti pakaian.
10 menit kemudian.
"Buku." Bella mengambil sebuah buku dari rak besar dekat pintu kamar dan langsung memasukannya ke dalam tas ransel. Setelah semuanya beres Bella langsung berlari keluar kamar untuk segera bergegas menuju kampusnya.
"Bella, sarapan dulu sayang!" ucap Tina menyambut kedatangan putrinya.
Bella menghentikan langkah kakinya, melirik ke arah meja makan. Hanya ada Tina yang sedang duduk di sana. Tanpa ada Deni ayahnya.
"Enggak! Lebih baik Bella nggak sarapan dari pada sarapan tapi suasananya selalu sepi."
Bella dengan raut wajah kesal memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Jika dipikirkan rasa sesak tadi malam masih membekas dalam ingatannya.
***
Tok....Tok....
"Den bangun Tuan sudah panggil Aden dari tadi," ucap Bi Nani asisten rumah tangga yang bekerja di keluarga Angga.
Angga sedikit membuka matanya. Dia membenarkan posisi tidurnya yang terasa tidak enak dan kembali memejamkan matanya. Rasa kantuk memenuhi mata Angga, rasanya Angga tidak ingin bangun dari tidur lelapnya.
"Biar saya aja bi," ucap Adi tersenyum dan menyuruh Bi Nani pergi.
"Silahkan Tuan."
"Angga cepat bangun, jangan lupa kalau hari ini hari pertama kamu masuk kampus baru. Jangan sampai kamu telat Angga," teriak Adi kencang berusaha membangunkan anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...