Karena hatiku tidak pernah berhenti mencintaimu dengan tulus, bukan berarti aku tidak sanggup pergi meski kamu telah sakiti berulang kali. Aku memang tidak ingin meninggalkan kenangan yang sudah tertulis. Apalagi tentang kamu Angga.
•~•
🌕️🌕️🌕️
Dari pagi sampai siang, Bella hanya mondar-mandir tidak jelas di ruangan keluarganya. Membuat Devan menggeleng-gelengkan kepala, ia tak habis pikir dengan tingkah konyol sepupunya.
"Lo bisa diem gak sih, pusing gue liat lo yang mondar-mandir kaya orang gila kesasar," cibir Devan sambil dirinya asik memakan buah apel segar.
"Gimana gue bisa diem Dev, gue khawatir kalo Mamah sama Papah ribut di Kampus."
"Sama siapa? Orang tua Kevin? Atau sama si Kevinnya?" tanya Devan santai.
"Y-ya... dua-duanya lah," balas Bella sebal, Bella kemudian duduk karena merasa kakinya ini sangat pegal.
"Tenang aja kenapa, Om Deni kan jago berantem. Sekali tinju juga nyawa si Kevin bakal melayang-layang tuh pasti."
Bukh!
Bella memukul keras tangan Devan. "Makannya gue khawatir, gimana kalo Kevin mati terus Papah diseret ke kantor polisi? Kan gak lucu," ucap Bella cemas.
"Udah lah santai aja, kita di sini nikmatin hari libur aja kenapa."
"Dev... gue rindu Angga," lirih Bella sedih sambil dagu bertumpu pada kedua tangannya.
"Bell... Bell, kapan sih, telinga gue gak denger lo sebut nama Angga. Perasaan kerjaan lo di rumah cuman sebut nama itu orang mulu, sampe kuping gue sakit tau gak!"
"Ye... biarin lah, mulut-mulut gue. Asal lo tau yah, tiada hari di mana gue gak sama sekali sebut nama Angga. Nama dia itu udah melekat di dalam pikiran gue," ucap Bella melayangkan tatapan tajam pada Devan.
"Serah, gue mau tidur siang, kalo ada apa-apa bangunin gue okeh!" Devan mengacak rambut Bella, membuat Bella kesal dam emosi. Bagaimana tidak, dia sudah keramas rambut, dan sekarang Devan mengacak rambutnya menggunakan tangan bekas dia makan Apel. Pasti bau amis apelnya menempel di rambut Bella.
"Kurang asem lo Dev, gue baru aja selesai keramas tau!" teriak Bella kesal.
🌑🌑🌑
Angga menjadi sorotan setiap pasang mata di Kampusnya. Mungkin karena kehadiran wanita cantik dan feminim yang berada tepat di samping kanan tubuhnya. Delia terus menggandeng tangan kekar Angga, seakan enggan melepaskan walau hanya sebentar saja.
"Kampus nya besar ya, aku pasti betah ngampus di sini, apalagi ada kamu," ucap Delia tersenyum manja.
Angga hanya mengangguk, dia berniat untuk mengantarkan Delia keruangan kepala yayasan, mengurus tentang perpindahan Delia juga ruang kelas baru yang akan di tempatinya nanti.
Saat di ambang pintu, Angga mendengar jelas bahwa nama Bella dilontarkan begitu lantang oleh seorang lelaki ber-jas hitam dengan postur tubuh tegap dan gagah. Tidak lupa seorang wanita cantik yang berada di samping lelaki itu.
"Anak saya mendapatkan kekerasan di sini, dan anda hanya diam saja! Kampus macam apa ini hah!" bentak Deni dengan emosi yang tak bisa di bendung.
"Kami sudah memberi hukuman pada Kevin Pak, mohon Bapak bersabar dulu, silahkan duduk Pak, tidak baik berbicara sambil berdiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...