“Cinta itu sederhana, yang rumit itu kamu.”
•~•
🌕️🌕️🌕️
Bella mencengkram kuat ujung kursi bangku itu, matanya terpejam ditambah butir air mata yang tak kunjung mereda.
Bella tertegun, dia merasa bahwa seseorang tengah memegang bahunya dari arah belakang. Bella menengok perlahan dengan air mata yang tak kunjung reda.
"Jangan nangis Bella, gue lemah," lirih Devan dengan tatapan pilu.
Devan duduk di samping Bella, dia dapat merasakan betapa hancur hati Bella saat ini. Devan tiba-tiba menarik tubuh Bella agar bersandar di dada bidang miliknya. Memeluk erat gadis ini, untuk memberi kehangatan dan perlindungan.
"Jangan kaya gini Bella. Lo boleh jatuh cinta, tapi... jangan bodoh kaya gini."
Bella enggan menjawab, sudah cukup. Bella lelah mendengarnya, Bella tidak ingin mendengar ucapan itu lagi.
"Bell," panggil Dela sendu sambil memegang bahu Bella.
Bella menjauhkan tubuh dari Devan, beralih menerjang tubuh Dela untuk meluapkan rasa sesak di dadanya.
"Del, gue... gue...."
"Stt! udah jangan di lanjutin, lo nangis aja Bella, lo nangis sepuasnya, lo keluarin rasa sedih lo, gue disini," Dela memeluk erat tubuh Bella. Menjadi orang yang selalu menguatkan Bella, dari samping, depan, dan kapanpun itu. Dela akan selalu menguatkan Bella semampunya.
***
Bella sudah mulai tenang, dia sudah tidak menangis lagi. Rasa sesak di dadanya sudah mulai mengurang, namun... bekasnya masih tersimpan rata di sana.
"Bella dengerin gue. Lo udah tau sifat Angga kaya gimana. Si cowok angkuh, dingin, dan kejam. Lo tau itu, gue cuman pengen lo bahagia, gue mau lo bahagia Bella. Gue bakal berusaha tetep dukung keputusan lo buat memperjuangkan Angga." Dela tersenyum tulus ke arah Bella.
Devan berdecak kesal. "Ck, cowok brengsek ko diperjuangin."
"Dev stop, jangan mulai deh," rengek Bella kesal melayangkan satu tatapan tajam.
"Oke, gue nyerah." Devan mengangkat kedua tangannya, jika sudah berurusan dengan Bella. Devan akan rela mengalah untuknya.
"Yaudah deh, gue mau berjuang lagi yah, doain gue oke." Bella memeluk Dela erat, kemudian berjalan pergi menjauhi mereka berdua.
"Dev, apa keputusan kita udah tepat? Biarin Bella buat ngejar Angga lagi?" tanya Dela menatap sendu punggung Bella.
"Lo tenang aja, walaupun gue udah kasih restu sama Bella, tapi gue akan selalu pantau mereka. Gue gak akan biarin cowok brengsek itu sakitin Bella lagi."
🌑🌑🌑
Bella melirik ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari lelaki pujaan hati. Kantin ini sangat ramai, perlu waktu lama untuk Bella berhasil menemukan Angga. Tapi tidak, Bella akan dengan mudah menemukan Angga, itu semua karena ikatan hati mungkin.
Bella tersenyum hangat, lelaki itu sedang duduk sambil memainkan ponsel. Di temani oleh segelas minuman es jeruk juga cemilan pelengkapnya.
Bella melangkahkan kaki dengan pelan serta ragu, dia masih merasa agak takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...