Orang terdekat. Seperti nadi.
•~•
🌕️🌕️🌕️
Malam ini, sesuai dengan rencana. Bella sekeluarga akan makan malam di luar, hanya akan ada mereka bertiga saja.
Tetapi, sekarang ini Bella belum juga berganti pakaian, dia... bingung harus memakai pakaian apa. Yang jelas, tak ada sebuah pakaian dres di dalam lemarinya, karena apa? Ya karena Bella tidak suka memakainya.
Tok....Tok....
"Bella apa kamu sudah siap?" teriak Tina di balik pintu kamar Bella.
Bella gelisah, dia tidak tau harus menjawab apa. Karena pada kenyataannya ia belum siap. Mulai dari pakaian, make up, Mm... Tapi kalian lupakan saja bagian make up nya, karena selama ini Bella sama sekali tidak pernah memakai itu, dia benar-benar sangat tidak suka menjadi feminim.
Ceklek!
Pintu dibuka pelan oleh Bella.
"Mmm... Tiga puluh menit lagi yah Mah, Bella janji kok habis itu Bella turun ke bawah," ucap Bella terkekeh sambil menggaruk rambutnya.
"Ya ampun sayang, satu jam loh, dari jam tujuh sampai sekarang jam delapan malam, dan kamu belum juga siap? Emang ada kesulitan apa?" tanya Tina heran, Tina mulai masuk ke dalam kamar milik Bella. Matanya membulat di saat ia melihat baju-baju yang sudah berserakan di mana-mana.
"B-bella... bingung mau pake baju apa, abisnya gak ada yang cocok, celana jeans favorit aku juga lagi di cuci, terus yang mana dong Mah?" tanya Bella cemberut lalu duduk di pinggir ranjang.
"Mamah heran, dan... Mamah kok gak tau kalo semua koleksi baju kamu itu celana sama kemeja semua, kamu gak punya dres? Setau Mamah, Mamah pernah deh memberikan gaun merah pada kamu, terus gaun itu kemana?" tanya Tina meneliti wajah putrinya.
"A-anu Mah... B-bella buang, maaf... tapi Bella kan gak suka dres, Mamah juga tau itu kan."
Tina menggelengkan kepalanya, ya memang... dia tau betul jika Bella tidak suka memakai dres. Tina sangat heran dengan putrinya ini, di saat wanita di luar sana berlomba shoping hanya untuk mendapatkan dres yang mereka impikan, lain halnya dengan Bella, dia malah membeli celana jeans, kemeja, dan juga switer dengan jumlah yang banyak juga warna yang berbeda-beda.
"Mah, kalo ini gimana?" tanya Bella memperlihatkan switer putih dengan celana jeans berwarna hitam.
"Bella sayang, kamu maukan malam ini menjadi malam special untuk kita?" tanya Tina menarik tangan Bella lalu menyuruhnya duduk dengan tenang.
Bella mengangguk cepat. "Tentu Bella mau."
"Kali ini aja... kamu nurut sama Mamah ya sayang. Mmm... malam ini kamu pakai dres yah," ucap Tina meyakinkan.
"Apah? K-kok dres sih Mah, Bella kan gak suka pake begituan."
"Khusus malam ini aja kok, Mamah yakin kamu bisa. Yu kita pilih dres yang ada di lemari kamar Mamah," ajak Tina menarik tangan Bella agar ikut bersamanya. Bella hanya bisa mengangguk dengan pasrah.
10 menit kemudian.
"Kamu pakai dres hitam ini aja, sangat cocok dengan kamu, ayo di coba Mamah tungguin."
Bella mengangguk, dia berjalan ke arah kamar mandi untuk segera mengganti pakaiannya dengan dres hitam yang terlihat sangat indah.
Bella meneliti seluruh tubuhnya, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mmm... Ternyata ini tidak terlalu buruk. Tapi... Bella tidak suka dengan ukuran bajunya, di mana bagian lutut Bella sangat terlihat jelas di pantulan cermin itu. Tidak, bajunya tidak terlalu pendek, tapi baju selutut bagaikan baju yang sangat pendek menurut Bella pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...