Pk-53

1.8K 93 5
                                        

Pelukan hangat

___o0o___

Malam itu Bella meruntuki sikapnya. Ternyata percaya sepenuhnya akan berakibat fatal seperti sekarang. Kejadian masa lalunya terulang lagi. Di mana kepercayaan Bella dipermainkan seperti ini. Harusnya sejak awal Bella tau, bahwa percaya itu hanya cukup setengah saja bukan seratus persen. Itu akan mengundang sakit batin jika percaya itu diingkari dan dikhianati oleh seseorang.

Bella sendiri sekarang. Hanya ada sosok bulan dan bintang sebagai penerang kegelapan. Bella ketakutan.

Tiba tiba sebuah motor ninja hijau terparkir didepan Bella. Membuat Bella langsung cepat mengarahkan pandangan ke sumber suara itu.

"BELLA! NGAPAIN DISINI?" teriak Reno cemas. Di tambah melihat kondisi cuaca sekarang membuat kepanikan Reno meningkat. Ternyata perasaan Reno belum hilang sepenuhnya. Dia masih berharap cinta Bella berpaling padanya.

"R-reno gue... g-gue...." air mata Bella lebih dulu turun mewakilkan perasaan sakitnya sekarang.

Reno panik. Dia langsung membawa tubuh Bella yang dingin ke dalam dekapannya. Memeluknya erat penuh kehangatan. Segera ia lepas jaket kulitnya lalu memakaikannya di pundak Bella.

"Ngapain Disini? Malam malam gini? Hujannya deres banget loh Bell.l," tegur Reno panik mendekap Bella dalam pelukannya.

Bella tak menjawab dia masih setia menangis dengan membalas pelukan Reno. Dia butuh tempat bersandar. Memang jahat, Bella menjadikan Reno tempat bersandar dikala sedih. Tapi bukankah itu tugas seorang teman? Menjadi tempat bersandar dalam situasi apapun.

"D-dingin."

Hanya kata itu yang mampu Bella ucap. Dingin malam juga sesak batin membuat Bella tak mampu berucap apapun. Sakit hatinya sangat amat dalam. Tak mampu tersenyum walau sekecil apapun.

"Angga mana? Bukannya Dev bilang lo jalan sama dia?" tanya Reno masih setia mengelus punggung Bella.

"Dia... gak dateng."

Reno terkejut. Sampai rahangnya mengeras menahan emosi. "Gak dateng? Brengsek. Dia biarin lo sendirian disini?"

Bella mengangguk pelan. Matanya terpejam saat merasakan sesak itu kembali hadir didalam hatinya. Sangat sakit, benar benar sakit.

"Reno?"

"Kenapa?"

"Gue menyedihkan ya."

"Gak Lo itu hebat, kuat dan penyabar."

****

"Kenapa bego banget sih Bell? Ngapain nungguin dia? Emang bener ya. Sekali brengsek tetep aja brengsek. Dasar cowok gak punya hati."

Dela terus mengomel. Layaknya ibu yang marah pada anaknya. Dia gesit mengompres kening Bella karena suhu tubuh Bella sangat panas. Akibat kedinginan dia jadi demam. Ini salah Angga. Dela akan menuntut keadilan, dia tak rela jika sahabatnya ini selalu disakiti seperti ini. Hanya menyakiti hati dengan beralasan cinta di baliknya.

"Gue gak papa."

"Gak papa gimana sih! Lo demam Bella Rechasey. Lo jatuh sakit gara- gara si Angga. Dan gue gak akan tinggal diem. Liat aja besok, gue bakal balas dendam dan nuntut penjelasan. Stop nyakitin diri lo sendiri Bella.  Sakit hati itu gak enak. Bakal berpengaruh buat mental lo juga."

"Gue... cuman butuh tidur."

Bella membalikkan badan membelakangi Dela. Tak disangka jika dalam keadaan menyamping itu, lagi- lagi air matanya lolos jatuh ke pipi. Bella menutup mulutnya. Tak ingin jika sampai Dela mendengar suara isak tangisnya.

Sangat sakit. Hati Bella sakit.




















Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang