Berhenti ya, hati ini sungguh lelah.
Aku ingin beristirahat, aku ingin menatanya lebih dulu.
•~•🌕️🌕️🌕️
Membaik. Iya demam Bella sudah membaik. Badannya sudah terasa segar kembali. Namun, luka di hatinya masih sama. Tidak ada perubahan apapun.
Melihat pantulan di cermin, Bella tak yakin dengan dirinya. Apakah selama ini, hanya dirinya yang berjuang? Hanya dirinya yang berharap, dan hanya dirinya pula yang mencinta.
"Sayang, Reno ada di luar. Kamu gak mau buat dia nunggu kan." Tina datang dan mengelus rambut Bella.
Bella menoleh, tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Iya, Mah."
***
"Hi, yu berangkat," ucap Reno tersenyum manis.Bella mengangguk, dia salam pada Tina lalu berjalan bersama Reno keluar. Mereka akan pergi ke Kampus bersama.
Di dalam mobil, sebelum berangkat Reno melirik wajah Bella. Masih sama, masih pucat dan suka melamun sendiri. Reno... Khawatir dan tidak tega melihat wanita itu terus bersedih.
"Bell," panggil Reno pelan memegang bahu Bella.
Bella menoleh. "Iya, kenapa Ren?" tanyanya tersenyum kecil.
"Lo... Bener gak papa?"
Bella tertawa. Lalu memegang bahu Reno. "Enggak kok, gue gak papa."
"Jangan sedih, gue gak bisa liat muka lo yang jelek. Gue lebih suka liat lo ketawa," ucap Reno mengacak pelan pucuk rambut Bella.
Bella hanya menanggapi itu dengan senyuman kecil. Kemudian ia menatap lurus ke depan.
Dari semalam. Angga tak henti menelpone Bella. Namun, kalian pun tau jika Bella tidak ingin bicara apapun dulu dengan nya. Bahkan pesan sampai ratusan dari Angga pun Bella abaikan. Bella hanya... Ingin belajar menjadi orang yang tidak terlalu gampang memaafkan. Dan menjadi orang cuek sebentar, bukan lah masalah besar kan?
_______
Bugh... Bugh....
Angga memukul keras dinding Kamar nya. Menahan seorang wanita di. antara kedua tangannya. Wanita itu bahkan terlihat biasa saja. Bahkan tidak ada raut wajah ketakutan. Dia malah tertawa kecil sambil melipat tangan di bawah dada.
"Anjing! Lo dalang nya kan!" bentak Angga tepat di depan wajah Delia.
"Ini awal Angga. Awal aku hancurin Bella."
"Harusnya lo sadar diri! Dibaikin jangan ngelunjak!" bentak Angga kedua kalinya.
"Bukan nya bagus? Kamu gak perlu cari cara gimana putusin Bella. Aku bantu kamu loh, aku bantu ringanin usaha kamu." Delia mengelus pelan pipi Angga.
Angga mencekal kuat kedua tangan Delia. "Gue gak akan putusin Bella, sadar batasan lo," ucap Angga penuh penekanan.
"Kalo gitu biarin aku bunuh Bella! Aku gak suka liat cinta aku terbagi kaya gini!" teriak Delia prustasi.
Angga memang berencana akan bertemu Bella. Namun, malam itu Delia kembali melarangnya. Dan pesan kedua itu? Bukan dari Angga. Melainkan dari Delia. Wanita itu sempat meminjam ponsel Angga, dia melihat room chat dengan Bella. Dia iseng akan mengirim alamat itu supaya Bella sendirian di sana. Dan di sini, Delia akan bersenang senang dengan Angga. Deliapun menghapus riwayat pesan yang ia kirim. Dan menyisakan riwayat pesan di mana Angga mengajak Bella bertemu itu. Memang licik sekali dia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...