"Apa ini, rasanya pelukan?"
•~•
🌕️🌕️🌕️
"Wah, donat siapa ini?" tanya Tina dengan raut wajah ceria.
Bella sedikit tertegun, dia mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Bella mah," ucapnya sambil tersenyum.
"Kamu beli di mana, kelihatannya enak?" tanya Tina antusias.
"B-bella bikin sendiri," ucap Bella gugup.
Tina menutup mulutnya, dia menghampiri Bella lalu memeluknya."Gadis kecil Mamah sudah besar, kamu semakin dewasa sayang."
Mata Bella memanas, kenapa? Kenapa di waktu sekarang Tina baru memeluknya lagi, di mana Tina saat Bella sedang benar-benar terpuruk dan membutuhkannya, kenapa baru sekarang? Bella sedih.
"Kamu pintar banget, liat deh hiasan nya, cantik dan bagus."
Bella hanya mengangguk, dia berusaha menahan agar air matanya tidak kunjung jatuh. Dia tidak ingin mengacaukan momen, dia tidak ingin menangis hari ini. Tolong... Bella ingin bahagia di hari ini tolong kabulkan.
"Mamah mau coba?" tanya Bella sambil mengambil satu donat dan menyodorkannya ke depan Tina.
Tina antusias mengangguk, Bella menyuapi donat kecil itu ke dalam mulut Tina. Bahagia, Bella bahagia sekarang. Dia baru saja... merasakan kehangatan pelukan seorang ibu setelah sekian lama menunggu.
"Wah-wah, baunya enak sekali, Papah boleh gabung?" tanya Deni, berjalan menghampiri Bella dan Tina.
"Boleh, Papah mau coba juga? Nih." Bella juga menyuapi donat itu untuk Deni.
"Wah, Putri Papah jago masak, kamu yang buat?"
Bella mengangguk sambil tersenyum, tiba-tiba Deni memeluk erat tubuh mungilnya. Semua itu membuat Bella terkejut sekaligus bahagia. Ini... ini yang Bella inginkan, pelukan dari ayahnya.
"Sini." Deni merangkul bahu Tina, dengan canggung Tina bergabung ke dalam dekapannya.
Mereka berpelukan. Bella menangis tanpa suara. Baru saja Bella bertekad untuk tidak ingin menangis, tapi... sekarang dia menagis. Tak apa, ini bukan tangis kesedihan, tapi tangis kebahagiaan. inikah rasanya? Inikah? Tolong jawab, apa Bella tidak sedang bermimpi, Bella menginginkan ini selama ini, Bella ingin semua anggota keluarganya hidup harmonis. Pelukan ibu, pelukan ayah, kasih sayang mereka berdua. Bella mendapatkannya hari ini, Bella sangat... bersyukur, takdir membuktikannya sekarang, sekarang Bella diizinkan untuk bahagia.
"M-makasih Pah, Mah, B-bela sayang kalian." Bella memeluk erat tubuh Deni, mereka cukup lama berpelukan.
'Ini salah Papah, Papah gagal menjadi seorang ayah, maaf Bella, masa kecilmu tidak sebahagia anak lain, waktu besar pun, kamu masih saja tidak mendapatkan kebahgian itu. Maaf.' Batin Deni menyesal.
Deni melepaskan pelukannya, mau tak mau, Tina pun melepas pelukan itu. Deni beralih menatap kedua mata Bella yang sudah banjir air mata.
"Kamu gadis kecil Papah, akan menjadi gadis kecil Papah untuk selamanya. Semoga kamu bahagia sayang."
Cup!
Deni mengecup kening Bella, dia bisa merasakan betapa sakit hati putri kecilnya ini sekarang.
"Cepat berangkat, nanti telat."
Bella mengangguk, kemudian giliran Tina yang memeluk Bella. "Kamu hati-hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...